Rabu, 28 Juli 2010

Season will be change



Sebuah nama tiba-tiba menguap dari hatiku. Luruh. Seperti dedaunan di musim gugur. Kepaknya berkelana bersama angin yang bertiup lembut. Lalu hinggap di tanah. Hanyut bersama derai hujan.

Aku disini berdiri. Menatap hampa pada musim yang berubah warna. Merah, biru, putih, kuning, hijau. Berpadu menjadi dedaunan yang lapuk. Setiap detik adalah napas kehidupan di depannya. Berharap untuk tidak menjadi sia-sia.

Aku tahu, pada akhirnya memang akan seperti ini. Tergugu menatap hampa pada waktu yang berlari di depanku. Sedangkan langkah masih terasa berat untuk melangkah. 

Suatu waktu kau pernah bilang, bahwa hidup akan terus berlanjut, meski tanpa kau disini. Aku ingat itu. Dan akan selalu ingat bahwa kalimat itu adalah jawaban dari semua penantian kemarin. Tidak ada yang berubah dari ucapanmu, bahkan setelah tahun-tahun berlalu. Aku, kamu--kita masih sama.

Detak jarum jam kembali berputar, beranjak dari perhentian terakhirnya. Dan aku, memang harus melanjutkan perjalanan ini, meski tertatih.

Aku percaya, suatu saat, akan menemukan musimku sendiri. Musim yang akan memayungiku dengan bunga-bunga dan kehangatan. Musim yang tidak mudah luruh dan berubah warna. Musim yang hanya akan ku kukunjungi seumur hidup namun akan bertahan disana selamanya. Itulah musimku. Musim keajaiban esok hari.

Angin dipenghujung musim masih berhembus lirih, membelai mukaku yang mulai menyendu. Daun-daun tak henti jatuh. Luruh ke bumi. Seperti nama yang menguap tiba-tiba.

Akhirnya aku beranjak dari tempatku berdiri. Melangkah, menyusul waktu yang telah lama lewat. Kau dan musimmu, biar kutinggalkan disana. Berharap kau akan baik-baik saja bersamanya. Semoga kau bahagia dan selamat tinggal....


****

Senin, 26 Juli 2010

When Autumn tells you a love story


apakah mereka menceritakan tentang kita?

Selasa, 20 Juli 2010

What about me?


Di langit sana, matahari sudah berada di pucuknya. Hangat membakar. Hawa musim panas sudah terasa. Mendung kini sudah menjadi hujan. Sia-sia musim dingin sudah kau bingkis rapi, bahkan paketnya pun telah kau selipkan di atas loteng dan menguncinya rapat-rapat. 

Semua berubah. 

Aku tidak mengerti, kenapa cepat sekali musim berganti. Terlalu cepat mengerjapkan mata memandang kilauan biru laut. Terlalu cepat menghirup aroma suncream di udara, berjemur di pasir putih, bersepeda. Terlalu pagi untuk membuka mata, sebenarnya.

Semua berubah.

Lalu bagaimana denganku?

Bahkan jas musim hujan itu pun masih berada di pangkuan ku.

End


"Aku ingin berlari, berguling-guling di bawah hujan. 
Tapi hawa musim panas telah meninggalkan ku terlalu jauh. 
Dan kini aku hanya bisa menggenggam setitik rinai di pelupuk mata, lalu membungkus luka dengannya..."

Jumat, 09 Juli 2010

Diam Tanpa Kata


ku biarkan bayangmu beranjak menjauh,
dan aku berdiri disini menatapmu--termanggu


Ps. Untuk mu yang disana. Selamat menempuh hidup baru. Semoga berbahagia...

Kamis, 08 Juli 2010

Kenangan Terakhir

Aku masih mendengar bunyi kereta itu melaju, lambat dan terbata-bata--seperti mengeja kata yang tak sanggup kita ucapkan. Bahkan gerbong terakhirnya sempat melirik ku iba. Di dalamnya kau berada, terpekur--membawa sebagian hati ku yang retak. 

Setelah kau pergi, pernah kah kau tanyakan bagaimana aku kembali pulang? Bagaimana caranya aku menerobos gerimis yang mengiringi moment itu?

Kau tak pernah tanyakan itu, kan? Bahkan kau pun tak tahu, bahwa dalam diam aku menangis. Menyimpan sesaknya salam perpisahan.

Kau tahu, setelah kereta itu melampaui pandanganku, seakan kenangan itu ikut terbawa bersamamu--dan yang tertinggal hanyalah kesepian. 

Dan kini aku merangkulnya. Bersamaan dengan turunnya gerimis di sore ini...

****

Rabu, 07 Juli 2010

Kau dan Hujan

Rinai kembali jatuh siang ini, berderai membasahi bumi. Aku disini sendiri, menatap hampa pada persinggahan yang tak berpenghuni. Tanah basah. Daun-daun bergoyang. Dan kau lihat, ayunan itu kesepian.

Ah, aku rindu malam-malam saat kita menari-nari di tengah hujan lebat. Membuat diri ingin kembali ketempat semuanya dimulai. Duduk di ayunan kayu di halaman belakang, hari dimana kita membuat kesepakatan bahwa kau dan aku akan selalu bersama.

Aku masih ingat malam ketika kau membuatku menangis. Matamu berkedip-kedip di bawah lampu jalan. Itu adalah malam disaat kau mengucapkan selamat tinggal. Di udara, lembap berkabut, kau meninggalkan aku berdiri di sana. Dan pergi dengan sepotong jiwa yang  kosong. Itu terakhir kalinya aku melihat mu. Lalu semuanya berlalu setelah itu. 

Sampai saat ini, aku kadang masih tak percaya dengan kenyataan itu. Aku bahkan tak percaya, aku masih saja merindukanmu. Padahal, tahun-tahun telah beranjak meninggalkan kisah itu.

Yah, mungkin aku terlalu banyak berharap, kau akan datang dengan tiba-tiba. Atau mungkin aku hanya tidak ingin melihat kenyataan bahwa kau mengambil sebagian jiwaku dan meninggalkannya begitu saja.

Dan bahkan setelah sekian lama, aku masih berharap aku bisa menemukanmu disana. Menari-nari ditengah hujan lebat. Duduk dibawah ayunan, membawaku ke tempat kita memulainya—lalu menautkan janji, bahwa akan selalu ada kau dan aku.

Nyatanya, aku masih melihat bayanganmu berdiri di sana di sudut jalan. Bergeming. Resah dengan tekanan. Aku melihatmu dan aku dapat menangkap satu terakhir sekilas mata indahmu.  Tapi kau tidak  mengatakan apa-apa. Kau hanya menundukkan kepala dan membiarkan aku menangis.

Kita mengawali semuanya dibawah hujan dan mengakhirinya juga disana. Kita memang tidak selalu memiliki akhir yang bahagia. Tapi aku bahagia ketika melihat hujan. Dan merasakan tubuh kita menari-nari dibawahnya. Kita memang terpisah oleh waktu dan tempat yang berbeda. Tapi paling tidak, hujan yang kau lihat di sana, masih sama seperti hujan yang ku nikmati saat ini.

I know, wherever you are, you'll miss me too


Ps. love you forever, Fajar

Selasa, 06 Juli 2010

Don't ask me, why


untuk kesekian kalinya aku merangkai kata untuk mu,
menceritakan bait-bait yang telah lama memudar,
aku tak tahu mengapa rasa ini menguap tiba-tiba,
aku yang terlalu letih melupakanmu,
atau hati yang terlalu lelah menunggu??

I'll let you go, but I will always remember you


"Kenapa kau melakukan ini?"

"Kau sungguh tak tahu alasannya?"

Aku mencoba menguatkan hati untuk menatapmu, dalam. Namun, kau malah menghindarinya. Dan kau tampak begitu sedih waktu itu.

Kau mengalihkan pandangan, enggan menjawab.  Aku yakin, sebenarnya kau tahu jawabannya. Sangat tahu.  Hanya saja kau mengingkarinya. Sebab jawaban-jawaban yang akan terucap nantinya adalah jawaban yang seharusnya tidak boleh kita miliki.  Dan seharusnya kita tahu bahwa pertengkaran ini takkan membawa kemanapun. Tidak akan merubah apapun.

"Pergilah. Pertanyaanmu itu membuat segalanya terasa lebih berat" 

Kau tampak lelah ketika mengatakan itu. Dan aku tahu mengapa. Bibir ku rasanya kelu untuk berucap. Aku juga lelah terus-terusan menghindari dan mengingkari keberadaanmu. Maka dari itu, ketika semua harus dan akan berakhir, aku hanya ingin mendengar kenyataan itu untuk terkahir kalinya. Aku tahu, aku tidak akan kuat. Sebesar apapun keinginan ku untuk memintamu tinggal, kau tidak akan tinggal--aku tahu itu. 

"Kau sungguh-sungguh akan pergi?"

Lagi, keheningan menyelimuti. Begitu hening seakan bunyi jarum yang terjatuh pun dapat terdengar di telinga. Dan rasa sakit mencengkram hati kita. Seolah ada tangan tak terlihat yang meremasnya erat-erat.

Ah, akhirnya aku mengatakan juga. Alasan yang membuatku sanggup menerobos malam yang pekat. Membuat pikiran ku kacau dengan mereka-reka hati mu. Dan kini, aku disini--mengatakannya.

Dan kau beranjak dari tempatmu berdiri, merasa tak sanggup lagi untuk menghadapiku. Kau meletakkan perkakas terakhirmu dan menutupnya erat, lalu berjalan meninggalkan ku begitu saja. Langkah yang begitu berat. Seolah ada magnet besar yang menarikmu dari dalam bumi.

Kau berjalan pelan, seperti ragu-ragu. Terperangkap pada dilema besar yang dihadapkan. Kau terus saja bergerak menjauh, meninggalkan ku sendirian. Sampai pada akhirnya kau berbalik, menatap mata ku ragu--berusaha mengatakan sesuatu yang ada dibenakmu. Kemudian kau memaksa merangkai kata.

"Dengar. Keputusan ini terasa sangat berat untukku. Kau tidak tahu bagaimana rasanya menjadi aku. Tapi satu hal yang ku tahu pasti bahwa kau akan baik-baik saja"

"Tidak ada yang akan berubah nanti. Karna semuanya memang tidak akan pernah berubah. Kau tahu pasti apa yang ku katakan. Jadi berhentilah menahan langkahku, karena semuanya hanya akan menjadi sia-sia. Aku memang sempat bahagia pernah mengenalmu, tapi harus kita akui, kebahagiaan itu tidak akan bertahan jika kita masih bersama. Jadi berhentilah menatapku seperti itu dan biarkan aku pergi"

Itu kata-kata terakhir yang kau ucapkan padaku sebelum akhirnya berbalik meninggalkan tempat itu. Kau tidak menoleh lagi setelah pergi. Kau benar-benar pergi, mengilang didalam gelap malam. Kau tak tahu bahwa ketika sosokmu menghilang dari pandangan, aku menangis tanpa suara di antara detak jarum jam yang sunyi.

Kau pergi tanpa sempat mendengar salam perpisahan dari ku. Bahwa selain kenangan, kita tidak punya apa-apa lagi. Hanya itu satu-satunya alasan yang mungkin akan mempertemukan kita, suatu saat. Kenangan, bahwa aku juga bahagia pernah mengenal mu. Kenangan yang akan kita simpan diam-diam. Kenangan yang menjadi kekuatan untuk bertahan. Tidak ada yang lain, selain kenangan.

Kau pergi didalam gelap, tanpa pernah tahu bahwa aku akan selalu mengenangmu.

Always remember you...

Senin, 05 Juli 2010

Biarkan Saja


biarkan ia pergi,
jika memang harus itu yang terjadi.
jangan sesali,
jangan tangisi,
biarkan saja berlalu.
percayalah pada esok hari,
waktu tidak akan membiarkanmu terluka terlalu lama.
letakkan genggamanmu pada hujan,
dan biarkan dinginnya membasuh lara yang kau simpan...