Senin, 28 Oktober 2013

Jika hal ini benar


so where is the passion when you need it the most.
oh, you and I.
You kick up the leaves and the magic is lost
--Daniel Powter


Jo.

Aku melihatmu lagi siang itu.

“Hai”. Sapamu sembari tersenyum. Dadaku bergemuruh hebat. Tanpa sadar, jemariku terulur begitu cepat.

“Apa kabar?” tanyaku basa-basi. Ya, tentu saja basa-basi. Jelas aku sudah tahu kabarmu. Berita tentangmu selalu kubaca setiap menit. Aku bahkan bisa mendeteksi kapan kau sedang tidak baik-baik saja. Hari itu, kulihat kau tampak bahagia.

“Aku baik. Kamu?” kamu balik bertanya.

Bagaimana aku menjawabnya? Bertemu dengamu membuat jantungku berdetak lebih dari normal. Kelenjar keringatku bertambah dua kali lipat. Aku merasa, ada kapas-kapas halus berterbangan di perutku.

“Sebenarnya aku baik-baik saja.” Jawabku asal. Kau tertawa sembari menampakkan gigi kelincimu yang besar itu.

“Oh ya? Tapi kok mukamu merah gitu? Kamu sakit?”

Wah, aku tidak siap dengan pertanyaan itu. Akhirnya aku hanya menjawabnya dengan tertawa balik. Tawa yang kedengarannya seperti Spongebob lagi ngeledekin Patrick. Kau hanya mengangguk-angguk sembari melambaikan tangan.

“Aku ke sana dulu ya?” pamitmu dan berlalu. Aku mengangguk sembari menatap langkahmu.

Aku melihatmu lagi siang itu. Kau tampak cantik dengan gaun biru itu. Sejak saat itu, senyumku tak henti-hentinya mengembang setiap kali mengingat kamu.

Kau tahu tidak? Saat jauh darimu, aku menemukan diriku dalam penantian. Jika hal ini benar, aku sedang jatuh cinta lagi padamu.

*****

De.

Zodiacku bilang, biru adalah warna keberuntunganku. Tanggal 17. Hari Jum’at. Juga menjadi simbol keberuntunganku.

Hari ini Jum’at tanggal 17 Mei 2013.

Aku sebenarnya bukan tipe cewek yang mudah percaya dengan ramalan bintang. Khususnya perihal cinta. Tidak ada yang salah dengan kisah cintaku. Aku pernah merasakan yang namanya berbunga-bunga ketika jatuh cinta. Aku bahkan pernah merasakan bagaimana jemari seseorang menggenggam tanganku ketika berjalan. Aku tahu rasanya.

Namun, aku sadar, langit biru juga bisa menjadi putih, merah, jingga, abu-abu bahkan hitam. Segala sesuatu berganti. Hidupku juga. Mulai membosankan akhir-akhir ini. Bukan hidup sih sebenarnya, hanya rutinitas yang memenatkan.

Aku ingin hal-hal baru memasuki hidupku. Seperti bertemu orang asing di jalanan. Saling melempar senyum dan memunguti jejak-jejak pengelana di depanku. Mungkin kami akan berjalan beriringan sampai perempatan sana. Setelahnya aku akan berbelok ke kanan. Dia, mungkin akan terus berjalan—seperti tujuan yang ia cari. Atau malah menyesatkan diri ke kiri, lalu berbelok entah kemana hingga bertemu jalan lain menuju pulang. Entahlah.

Aku ingin hal-hal baru memasuki hidupku. Seperti memakai gaun berwarna biru dan berkumpul dengan para ladies di sebuah coffee shop.

Aku bukan tipe cewek yang percaya dengan ramalan bintang. Bagiku, keberuntungan itu bukannya tanpa alasan. Iya. Bukan kita yang mendikte alasannya. Tapi Tuhan. Aku percaya bahwa keajaiban itu ada.

Seperti hari ini. Melihat kamu berdiri di depanku dengan muka memerah. Bertemu kamu seperti keajaiban ketujuh dalam hidupku.

Aku tahu, aku punya banyak perbendaharaan kata untuk kuutarakan padamu. Tapi bibirku gagu. Aku hanya bisa tertawa-tawa di depanmu. Seperti mendengar candaan Patrick pada Spongebob.

Kau cukup tahu aku kan? Aku tidak pernah tahu bagaimana caranya berpisah tanpa meninggalkan sesak. Sebenarnya, hari itu aku ingin menggenggam jemarimu sekali lagi. Namun, aku tidak tahu bagaimana caranya meminta. Kau lagi-lagi hanya membiarkanku berjalan tanpa mengulurkan tangamu dan mencegahku berlalu.

Kau tahu tidak? Ada yang namanya rindu mengkristal. Menjadi debar-debar. Jika hal ini benar, aku sedang jatuh cinta lagi padamu.

*****

Jo and De.

Jika hal ini benar, kenapa kita tidak saling menemui? Mengubah debar-debar, menjadi indah sua.

Jika hal ini benar, sekali lagi kau berubah menjadi canduku. Apakah kita akan bertemu lain waktu? Apakah suatu saat, aku dan kamu tidak lagi peduli jarak dan waktu? Apakah satu saat, kita akan kembali percaya bahwa diri kita adalah setengah dari cumbu rayu yang akan selalu ada dalam kamus teori cinta yang kita rumuskan bersama?

Jika hal ini benar, aku sedang jatuh cinta lagi padamu.


Jumat, 11 Oktober 2013

Kau,kenapa?


"Nus, makhluk itu datang lagi. Apa kabar dia sekarang?" --Dee. Perahu Kertas

Kau kenapa muncul lagi? Kenapa kehadiranmu membuat bulir di mataku berjatuhan? Kau tahu, aku sudah berhenti menangis sejak saat itu. Aku benar-benar berhenti. Bukankah kau yang menguras air mata ini sejak pergi? Aku benar-benar berhenti sejak saat itu. 

Ada kereta datang. Aku baru saja melihatnya di ujung jalan. Aku baru ingin meninggalkan tempat perhentianku ketika jemarimu mencegat lenganku.

Kau kenapa muncul lagi?

"Aku merindukanmu."

Lalu kemana kau selama ini? Tidak tahukah, ada hujan badai menghampiri kota ini. Aku bertahan, terus bertahan menunggu kamu berpacu dengan waktu untuk melindungiku. Akan kumaafkan jika kau hanya terlambat beberapa jam saja. Tapi ini sudah lebih dari ratusan hari. Aku menggigil di sini. Tubuhku membeku. Kadang ketakutan menghantui. Kau kemana  saja? Aku berharap kamu datang dari arah mana saja sambil membawa segelas susu panas dan selembar selimut tebal--lalu merengkuhkannya ke pundakku. Dimana kau saat itu?

"Aku sedang dalam perjalanan ketika itu. Sedang mengunjungi musim-musim yang tak kau temui di kota ini. Aku ingin mengabadikannya ke dalam toples kaca yang sudah kau persiapkan dulu. Oh, aroma musim apa yang paling kau suka? Autumn ya?"

"Maafkan telah membuatmu menunggu begitu lama. Aku hanya sedang bersembunyi dan mempersiapkan sebuah cerita untukmu. Kau kan selalu suka dengan cerita perjalananku? Katamu, kau seperti terbawa serta. Kau masih percaya tidak, aku selalu ingin membagi mimpi-mimpiku denganmu. Tak perduli mimpi itu berwujud nyata atau tidak. Aku hanya ingin kau tahu, bahwa selalu ada kamu di dalam mimpi-mimpi itu. Masih percaya tidak?"

Aku...ingin berhenti percaya.

"Tidak bisakah kau memaafkanku?"

Aku tidak pernah menyalahkan siapapun. Bahkan kepada jarak dan waktu yang telah menjauhkanmu pun, aku tidak menaruh dendam. Aku hanya tidak ingin memberi kesempatan lagi kepada luka.

"Maafkan aku!"

Berhentilah memohon. Aku takut luka diam-diam menyergapku dari belakang. Tolong, berhentilah.

"....do you remember at all? People walkin' hand in hand. Can we feel that love again? Can you imagine it all? If we all could get along, then we all could sing this song together."

Kau kenapa selalu membuat hujan di mataku? Kau kenapa muncul lagi? Tidak bisakah pergi saja, tanpa kembali?

...dan kenapa membawa luka di ranselmu itu?