"Apa kau kedinginan?" itu sapa mu waktu itu. Lucu. Tentu saja, ini hujan dan hawanya menusuk sampai ke tulang ku.
"Kau pucat sekali" kata mu lagi. Lagi, ujaran mu terasa aneh. Bukan hanya pucat, aku mengigil. Kulit ku sudah berkerut semua.
"Ah, andai aku bisa menghentikan hujan untuk mu"
"Oh jangan. Kau tak perlu repot-repot. Aku suka hujan. Sangat suka" kata ku meyakinkan mu. Ku pikir kau tak perlu melakukan hal yang konyol itu untuk ku. Mustahil.
"Tapi kau pucat. Lihat, diri mu sekarang makin gemetaran" begitu kata mu. Terlalu yakin dirimu. Penasaran, apa kau bisa?
"Ah, sudahlah. Ini hanyalah sensasi hujan. Memang beginikan bila hujan tiba?"
"Ini, ku pinjam kan untuk mu. Memang tidak begitu tebal, tapi cukup untuk menghangatkan tubuh mu" tanpa mengenal ku lebih dalam, kau malah berbaik hati meminjamkan ku swater lusuh itu.
"Kau boleh menyimpannya jika kau suka. Sampai berjumpa lagi" setelahnya kau pergi meninggalkan ku dengan tanda tanya.
Sungguh pertemuan yang aneh.
Dan lebih aneh lagi, jika kini aku merindukan pertemuan itu, percakapan di bawah hujan dengan mu, sang lelaki hujan....
6 komentar:
mba.saya suka hujan,,tp jangan sampe banjir hehe..salam kenal ya..
mmm... manis bgt ceritanya... hihi..
@ isti :
salam kenal juga isti
@ kebookyut :
hehe...manis dong, sama kayak orangnya...*gubrak..narsis*
:p
huhuhuhuhu indah
wah,
saya cinta hujan..
sensasi yg benar2 menyenangkn :)
Hujan dua hal buat para petani
banjir dan air yg cukup..
tapi hujan yg ini berbeda!
nice pict..
Posting Komentar