Rinai kembali jatuh siang ini, berderai membasahi bumi. Aku disini sendiri, menatap hampa pada persinggahan yang tak berpenghuni. Tanah basah. Daun-daun bergoyang. Dan kau lihat, ayunan itu kesepian.
Ah, aku rindu malam-malam saat kita menari-nari di tengah hujan lebat. Membuat diri ingin kembali ketempat semuanya dimulai. Duduk di ayunan kayu di halaman belakang, hari dimana kita membuat kesepakatan bahwa kau dan aku akan selalu bersama.
Aku masih ingat malam ketika kau membuatku menangis. Matamu berkedip-kedip di bawah lampu jalan. Itu adalah malam disaat kau mengucapkan selamat tinggal. Di udara, lembap berkabut, kau meninggalkan aku berdiri di sana. Dan pergi dengan sepotong jiwa yang kosong. Itu terakhir kalinya aku melihat mu. Lalu semuanya berlalu setelah itu.
Sampai saat ini, aku kadang masih tak percaya dengan kenyataan itu. Aku bahkan tak percaya, aku masih saja merindukanmu. Padahal, tahun-tahun telah beranjak meninggalkan kisah itu.
Yah, mungkin aku terlalu banyak berharap, kau akan datang dengan tiba-tiba. Atau mungkin aku hanya tidak ingin melihat kenyataan bahwa kau mengambil sebagian jiwaku dan meninggalkannya begitu saja.
Dan bahkan setelah sekian lama, aku masih berharap aku bisa menemukanmu disana. Menari-nari ditengah hujan lebat. Duduk dibawah ayunan, membawaku ke tempat kita memulainya—lalu menautkan janji, bahwa akan selalu ada kau dan aku.
Nyatanya, aku masih melihat bayanganmu berdiri di sana di sudut jalan. Bergeming. Resah dengan tekanan. Aku melihatmu dan aku dapat menangkap satu terakhir sekilas mata indahmu. Tapi kau tidak mengatakan apa-apa. Kau hanya menundukkan kepala dan membiarkan aku menangis.
Yah, mungkin aku terlalu banyak berharap, kau akan datang dengan tiba-tiba. Atau mungkin aku hanya tidak ingin melihat kenyataan bahwa kau mengambil sebagian jiwaku dan meninggalkannya begitu saja.
Dan bahkan setelah sekian lama, aku masih berharap aku bisa menemukanmu disana. Menari-nari ditengah hujan lebat. Duduk dibawah ayunan, membawaku ke tempat kita memulainya—lalu menautkan janji, bahwa akan selalu ada kau dan aku.
Nyatanya, aku masih melihat bayanganmu berdiri di sana di sudut jalan. Bergeming. Resah dengan tekanan. Aku melihatmu dan aku dapat menangkap satu terakhir sekilas mata indahmu. Tapi kau tidak mengatakan apa-apa. Kau hanya menundukkan kepala dan membiarkan aku menangis.
Kita mengawali semuanya dibawah hujan dan mengakhirinya juga disana. Kita memang tidak selalu memiliki akhir yang bahagia. Tapi aku bahagia ketika melihat hujan. Dan merasakan tubuh kita menari-nari dibawahnya. Kita memang terpisah oleh waktu dan tempat yang berbeda. Tapi paling tidak, hujan yang kau lihat di sana, masih sama seperti hujan yang ku nikmati saat ini.
I know, wherever you are, you'll miss me too
Ps. love you forever, Fajar
I know, wherever you are, you'll miss me too
Ps. love you forever, Fajar
5 komentar:
ehm,, hujan selalu mengispirasi
^_^
@ puschsukahujan : ya, hujan memang selalu menginspirasi
selalu suka akan hujan... dan semua kenangan yang dibawa bersamanya ^^
hiks *nangis*
apa ini true story??
@ inge : ya..hujan memang selalu mendatangkan bnyk inspirasi
@ iyo : iya. ini true story. tp sudah lama berlalu. :D
Posting Komentar