Rindu.
Tak sanggup kutepis kata itu dari bibirku ketika melihatmu siang itu. Dengan senyum yang masih sama, kau membawa kenangan itu kehadapanku. Kenangan yang kerap kubangunkan ketika lelap mulai menyapa. Tidak lain hanya itu. Sebab, aku sudah tertinggal jauh dari langkahmu. Tak sanggup kumengejar, kendati kau berlari ribuan kali lebih cepat dariku. Tidak apa, setidaknya aku masih bisa menatap punggungmu dari tempatku berdiri.
Rindu.
Lagi-lagi kata itu menyapa bibirku. Membuat jantungku berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Aneh rasanya mengucapkan itu lagi--untukmu. Harusnya perasaan itu sudah pupus sekian tahun yang lalu, ketika aku membutuskan menyimpannya rapat-rapat. Saat kau membuatku gugup ketika menanyakan namaku. Sungguh, itu hari terindah sekaligus terburuk sepajang hidupku. Kendati tak sanggup mengatakan perasaanku ketika waktu menyeret langkahku pergi. Tapi mengingat perjalanan terberat yang telah kita lalui bersama, menyimpannya adalah keputusan terbaik yang pernah kulakukan.
Lalu, siapa sanggup menolak rasa yang tiba-tiba saja ingin meledak? Aku melihatmu berdiri di sana., masih dengan tawa dan senyum yang sama--dan aku membatu di hadapanmu.
Rindu.
Ternyata kata itu hanya tertahan dibibirku saja. Sampai kapanpun, kau tidak akan pernah mendengarnya. Sebab, kata itu hanya akan kusimpan rapat-rapat di sini--dalam detak jantungku. Dan cerita adalah nafas yang akan membuatnya bertahan selamanya.
I'll keep you, always in my heart....
--For my Dear T--