Senin, 16 April 2012

Rasa itu menepi

source


aku tahu persis kamu ada disana.
mungkin sedang bersantai sejenak dari penatnya rutinitas.
aku tahu kamu akan tetap duduk disana untuk beberapa menit kedepan bahkan mungkin berjam-jam lamanya.
sejenak memang ada rindu menggelayut,
ada hasrat ingin bilang "Hai",
namun "Whoaa" aku malah mendapati diri terkejut, karena untuk pertama kalinya aku tidak mempedulikanmu lagi.

goodbye kesedihan...








Kau tahu rasanya hei perempuan hujan

source


Aku suka sekali berdiri diluar ketika mendung mulai berarak membawa hujan. Ada rasa haru yang menyelimuti ketika angin menerbangkan helai-helai rambutku. Ketika gemerisik daun berterbangan menyentuh kulitku. Rasanya sungguh sulit kulukiskan dengan kata-kata.

Kau pasti tahu rasanya hei perempuan hujan, seperti apa rasanya berdiri dibawah gerimis itu. Hanya sesaat, sebelum hujan sore ini benar-benar luruh membasuh bumi....


(Wieke Beliana, 03022011 - 04.36 PM)

Jumat, 13 April 2012

Aku bilang "Selamat Datang" dan "Selamat Tinggal"



Aku baru saja mengunjungi kota itu. Kota tempat kamu dan dia mengikat janji. Kota tempat kamu melarikan diri dari sehabis memahat kenangan bersamaku.

Kupikir aku akan merasa sedih. Kupikir aku akan kesepian karena tidak menyertakan kamu dalam perjalananku. Kupikir semuanya sudah terasa buram. Nyatanya, tidak ada  nyeri yang terasa. Tidak juga terasa pahit. Hanya sepotong harapan, bahwa kau disana akan baik-baik saja bersamanya.

Selamat datang di kotamu. Selamat tinggal kamu, Dear Tomku.



dalam hujan di sudut kota Batam.


Senin, 02 April 2012

Membaca Setumpuk Kenangan

Source


Kau tahu, merapikan buku-buku lama yang sudah berdebu itu bisa mengalihkan perhatianmu berhari-hari. Tidak percaya? Coba saja! 

Coba saja kau buka kotak di sudut itu! Itu, yang seperti tempat upeti-upeti jaman kerajaan. Persis juga seperti tempat harta karun Kapten Cook. 

Ya, benar itu! Coba kau buka? Apa yang kau lihat disana? 

“Setumpuk album dan buku-buku usang. Juga sebundel kertas-kertas buram yang tersudut.”

Well, kamu benar. Dan coba kau buka satu persatu. Kau akan menghabiskan waktu berhari-hari untuk membacanya dan bertahun-tahun untuk terus mengingatnya. 

“Memangnya apa isinya?” 

Surat-surat cinta yang kau kirimkan kepadaku semenjak SMA berikut sejumlah album pernikahan kita dan anak-anak kita. Kau boleh membongkarnya dari kotak itu. Mungkin kau ingin membacanya atau sekedar membalik halaman-halamannya satu persatu sembari duduk dikursi goyangmu di dekat jendela itu. Kali ini aku tidak akan marah jika kau membuat lantai itu penuh remah-remah. Aku janji akan mengumpulkannya kembali tanpa mengomel-ngomel. Dan jika kau lupa, aku akan duduk disampingmu—membantumu mengingatnya dari awal.

“Tapi berjanjilah kau tidak akan menertawakan gombolan-gombalan ku dulu!” 

Hahaha…I promise, dear!








Akan Ku Ceritakan Padamu

Source


Dear Mars, 

Aku baru saja menemukan sebuah buku dongeng dalam kotak usang perkakas nenekku. Tersimpan di dalam gudang, terhimpit sepeda tua peninggalan kakek. Sangat terpojok—berlumuran debu. Tapi dengan sekali pandang, aku bisa mengenalinya segera. Ibu yang menceritakannya semalam. Tidak begitu tebal, sih. Tapi mungkin cukup menyita sebagian malammu untuk mendengarkannya. 

Ok! Ok! Aku berjanji akan menceritakannya padamu. Tapi kau harus janji dulu, kalo ini hanya akan jadi rahasia kita berdua. Jangan bilang pada Hestia apalagi Ares. Mereka menyebalkan! Kau ingatkan kejadian hari itu? Mereka menumpahkan bubuk fairy di lantai kamarku, hingga akhirnya aku terpeleset dan jatuh ke planet earth ini. Dan kau tahu bagaimana cerita selanjutnya kan? Aku harus menulis 1000 lembar surat untukmu agar bisa kembali ke sana. 

Ugh, menyesakkan jika harus berjauhan darimu. Tapi mungkin sebentar lagi kita akan bertemu kembali, karena ini udah surat ke 991. I’m so happy for that! 

Will you waiting for me, Mars? 



 Love,