Jumat, 19 Maret 2010

Circle

Suatu waktu aku bertanya pada sahabat ku, tentang persinggahan yang lama ku rindukan? Aku lelah dengan kebekuan yang ku rasakan.

Lalu sabahat ku menjawabnya dengan puisi : 
Ketika aku menulis nama mu pada sebuah pohon,
aku akan memberinya tanda dengan sebuah lingkaran
bukan hati
jika kau bertanya kenapa
aku akan segera menjawab, karena hati itu bisa terbelah dan patah
namun lingkaran tidak
ia akan terus berputar mengelilingi mu sampai kapan pun

Teman ku mungkin tak menjawab apa-apa dengan puisi itu, tapi aku bisa mengerti makna puisinya. Bahwa lingkaran itu bernama Persabahatan. Ia tak akan lelah bersama mu sampai kapan pun...

---

For my friend Rossiana

Kamis, 18 Maret 2010

Dimana Persinggahan Itu


Di mana kan ku temui persinggahan?
Sedangkan dinginnya hujan
masih setia menggenggam rasa yang telah mati...

---

Rabu, 17 Maret 2010

Dilema


Terkadang kita buta
tak pandai memilih arah yang mana untuk melangkah

Terkadang kita bimbang
sulit memutuskan tempat untuk bertanya

Tapi terkadang kita selalu lupa akan tanda
bahwa pada dasarnya, persimpangan mana pun yang akan dilalui
pasti mempunyai nama
 
kita memilh untuk tersesat
dari pada menyadari kenyataan yang ada...

---

Untuk teman yang sedang bimbang

Sweet Trip


Mungkin terlalu cepat untuk ku memberi label atas rasa yang menyusup tiba-tiba.
Tapi sungguh, perjalanan sore itu menggelitik hati ku untuk sedikit berujar kata "manis".

Selasa, 16 Maret 2010

Sang Lelaki Hujan

 

"Apa kau kedinginan?" itu sapa mu waktu itu. Lucu. Tentu saja, ini hujan dan hawanya menusuk sampai ke tulang ku. 
"Kau pucat sekali" kata mu lagi. Lagi, ujaran mu terasa aneh. Bukan hanya pucat, aku mengigil. Kulit ku sudah berkerut semua. 
"Ah, andai aku bisa menghentikan hujan untuk mu"
"Oh jangan. Kau tak perlu repot-repot. Aku suka hujan. Sangat suka" kata ku meyakinkan mu. Ku pikir kau tak perlu melakukan hal yang konyol itu untuk ku. Mustahil.
"Tapi kau pucat. Lihat, diri mu sekarang makin gemetaran" begitu kata mu. Terlalu yakin dirimu. Penasaran, apa kau bisa?
"Ah, sudahlah. Ini hanyalah sensasi hujan. Memang beginikan bila hujan tiba?"
"Ini, ku pinjam kan untuk mu. Memang tidak begitu tebal, tapi cukup untuk menghangatkan tubuh mu" tanpa mengenal ku lebih dalam, kau malah berbaik hati meminjamkan ku swater lusuh itu. 
"Kau boleh menyimpannya jika kau suka. Sampai berjumpa lagi" setelahnya kau pergi meninggalkan ku dengan tanda tanya. 
Sungguh pertemuan yang aneh.
Dan lebih aneh lagi, jika kini aku merindukan pertemuan itu, percakapan di bawah hujan dengan mu, sang lelaki hujan....

Kamis, 11 Maret 2010

Why Should I?

Hempasan ombak semakin keras oleh tiupan angin laut. Deburannya menggetarkan jiwa-jiwa yang tengah kesepian. Rinai hujan semakin lebat. Namun aku masih tak ingin beranjak dari bebatuan di pantai ini. Sendiri, mengenang semua yang pernah terjadi antara kau dan aku. Di sini, di pantai ini.

***

"Apa kamu percaya kalo cinta itu nggak mesti memiliki?” tanya mu pada ku.
"Percaya" jawab ku yakin.
"Bagaimana jika seseorang yang yang kamu cintai dan mencintai mu memutuskan untuk berpisah" tanya mu lagi. Aku terdiam. Kali ini perasaan ku benar-benar mengatakan, bahwa sebentar lagi semua keindahan ini akan berubah.
"Maksud kamu apa? Kamu nggak perlu berandai-andai, jika ada yang ingin kamu katakan, jujurlah  itu lebih baik"
"Maafin aku. Aku sudah membohongi mu"
"Maksudnya?"
"Sebelum jadian sama kamu, aku sudah punya pacar dan sampai sekarang pun ia masih bersama ku. Aku nggak bermaksud menduakan mu, aku sudah berusaha memilih salah satu dari kalian sebelumnya, tapi aku nggak ingin kehilangan kamu dan juga dia"
"Jadi apa yang dibilang orang-orang itu  benar?"
"Yach..mereka sudah mengingatkan akan ini semua, tapi aku terlalu egois, tak mau mengambil resiko kehilangan. Tapi kali ini aku benar-benar harus memilih"
"Jadi siapa yang kamu pilih?” tanya ku pelan. Rasa sakit mulai menyesakkan dada ku. Kamu telah membohongi ku, dan aku malah menyalahkan mereka. Keterlaluan.
"Aku memutuskan memilihnya. Tapi sebelumnya kamu harus tahu satu hal, aku sungguh-sungguh mencintai mu. Aku tak pernah bohong dengan perasaan itu" kata mu menyakinkan ku. Aku kini terisak. Kenapa ini harus terjadi pada ku. Kenapa harus aku yang mengalah.
"Maafin aku. Dia sekarang sedang sekarat, aku nggak mungkin ninggalin dia dalam keadaan seperti ini" ujar mu menyesal.
"Mengertilah, mungkin ini adalah jalan terbaik untuk kita. Bukankah kamu percaya bahwa cinta tak harus memiliki?"
"Aku percaya. Aku tahu ini adalah yang terbaik. Aku rela, demi cinta seseorang akan melakukan apa saja termasuk mengorbankan cintanya" kata ku mantap. Tak ada gunanya memaksakan kebersamaan ini. Hanya akan ada luka, akan banyak cinta yang harus dikorban kan. Ku coba untuk tersenyum, menyakinkan  mu menguatkan keputusan yang kau buat.
"Makasih" kata mu sambil memeluk ku erat. Kemudian mencium pipi ku. Ciuman pertama dan terakhir. Ciuman yang dibumbui air mata, dari ku dan juga kamu.

***
Matahari sudah semakin condong ke arah laut. Sinarnya kuningnya semakin memudar dan meninggalkan warna lembayung yang sangat indah. Sedikit lagi matahari akan tenggelam. Aku sering melihat sunset di tepi pantai, tapi belum pernah melihat sunset seindah hari ini. Sunset terakhir yang akan ku nikmati bersama mu. 

Kita hanya diam memandangnya, sunset dan lautan yang sepi. Tak akan ada lagi tawa kita disini, hanya kenangan yang tertinggal seiring terbenamnya sang mentari di sore ini.

 ***

Pada akhirnya kita harus meninggalkan pantai kenangan ini, melangkah dengan mantap menuju persimpangan masing-masing.....



Kamis, 04 Maret 2010

When The Rain Stopped

 

Suatu saat, hujan itu pasti akan berhenti
dan langit akan kembali cerah berwarna
pada saat itu, 
mungkin kau tak akan membutuhkan aku lagi bersama mu.....

----