Rabu, 29 Desember 2010

Cuaca



Prakiraan cuaca yang kubaca pagi tadi ternyata salah. Cuaca tidak selalu panas. Terkadang hujan bisa sesekali turun, sekedar membasahi jalanan yang mengeropos.

Ya, seperti siang ini, tiba-tiba saja panas berubah menjadi hujan. Tidak ada angin kencang membawa kabut. Tidak ada mendung menggelayut. Tidak ada apa-apa yang membuat hujan. Hanya saja mentari terlalu terik bersinar, hingga titik-titik uap menghadirkan embun di udara. 

Sejenak saja. Meski tidak sederas hujan, namun ternyata cukup untuk melepas dahaga yang kekeringan. Ya, hanya sejenak, sebelum akhirnya mentari kembali menyembul...

Selasa, 14 Desember 2010

Set him free



My friends keep telling me,
that if you really love him,
you’ve gotta set him free,
and if he returns in time,
I’ll know he’s mine

Sabtu, 04 Desember 2010

Time is Over


aku tahu,
suatu saat aku akan kehilangan kamu lagi,
dan bila saat itu tiba,
aku akan memasrahkan langkahku pada waktu,
membiarkan ia menyeret tawamu menjauh,
lalu menghapus jejak setelah kamu berbalik.
setelahnya aku hanya bisa berharap,
bahwa waktu akan mengembalikanmu kepadaku,
maka dari itu aku akan selalu disini,
mengeja barisan yang kosong setelah kamu tinggalkan....



Senin, 29 November 2010

Based on True Story : Sepenggal cerita tentang NOVEMBER RAIN (unforgetable moment)

Hujan baru saja mereda ketika semburat pelangi muncul di angkasa. Aku diam menatapnya dari balik kaca jendela. Berharap lukisan langit itu tidak cepat memudar.

“Indah ya, dek?” Tanya Bebel yang kini sudah ada disampingku. Aku mengangguk pelan tanpa menoleh.
“Ya. Pemandangan langit setelah hujan reda memang sangat indah. Itu sebabnya kenapa gue…”
“Suka banget sama hujan?” sela Bebel padaku.
 “Gue tahu kok. Setiap hujan tiba, loe bakal duduk di dekat jendela memandang butirannya. Lalu setelah reda, loe bakal pindah ke atap, buat memandang langit—menunggu pelangi, atau hanya sekedar mengangumi kabut yang menyelimuti perbukitan? Gue tahu semua kebiasaan loe, kok. Loe suka kesendirian” jelasnya pajang lebar, membuatku bungkam. Aku tak pernah menyangka, bahwa dia akan terus mengingat kebiasaanku itu. Sesuatu yang dulu pernah kita lakukan bersama.

“Terkadang gue kangen bareng-bareng lagi, dek. Marathon, hujan-hujanan, menghitung bintang, nulis puisi, denger musik. Gue kangen semuanya. Namun terkadang, segala sesuatu tidak selalu berjalan seperti yang kita mau. Kita nggak bisa mengulang masa lalu. Semua hanya bisa kita kenang. Tapi gue nggak menyesal dengan perpisahan ini, sebab kita ini layaknya barisan abjad yang membentuk sebuah kata, puisi-puisi dan lain sebagainya. Jarak adalah hal terpenting agar kata itu menjadi bermakna”

Aku terngugu mendengar ucapan Bebel itu. Sebagai sahabat, aku tak pernah menyadari bahwa dia juga bisa terluka.

“Setidaknya perpisahan ini mengajarkan kita suatu hal, bahwa kehilangan itu amat menyakitkan. Namun lebih menyakitkan jika kita malah membiarkan kehilangan itu menjauhkan kita tanpa kata” ungkap Mimi diikuti anggukan Bebel.

Kemarin, aku berharap rinai turun menemani langkahku. Berpikir dia akan melebat dan menyembunyikan lukaku dibawahnya.

Lalu hari ini hujan turun, pelan-pelan menghapus jejak yang dia tinggalkan sehabis berlalu.

Dan hari ini juga, aku melihat terang sehabis hujan reda. Bergulir, dia membasuh kabut yang sejenak menggelayut dimataku. Sebagai bonusnya dia hadiahi pelangi tersenyum untukku, dan membiarkan tawaku lebur bersama pijar mentari. 

Benar yang dia katakana. Kita hanya perlu jarak untuk membuat kenangan itu menjadi berarti. []


--------

for my beloved friend (Wieke, Rona, Mimi, Rita)

Selasa, 16 November 2010

Menjelma Kunang-Kunang


Jika sudah tiba saatnya nanti untukku pergi,
aku ingin pergi dengan membawa cinta ini.
tidak ada yang perlu disesalkan.
setidaknya aku pernah bahagia memilikinya.
kau menuliskan kisah yang teramat manis untukku.
semanis madu yang sering kubawakan untukmu,
seindah langit yang kaulukis dipenghujung senja,
dan seterang pendar kunang-kunang yang kau bungkus dalam toples kenangan itu.
kau tahu, semua itu sudah lebih dari satu hal yang kuinginkan.
aku hanya ingin kau menatapku dan berkata "kau cantik hari ini",
hanya itu.
tapi kau memberiku lebih.
maka, kelak jika sudah tiba waktuku,
aku akan pergi dengan membawa cinta ini.
dan jangan kau tanyakan aku kemana?
sebab aku tidak akan kemana-mana.
di depanmu, aku akan menjelma kunang-kunang....

Senin, 15 November 2010

Autumn Day (waiting)


Dear Be,
sudah Autumn lagi, nih.
langit terlihat berwarna di atas kepalaku,
merah, kuning, hijau, coklat.
tampak indah dalam mata beningmu.
kau tahu,
aku sangat ingin menikmati Autumn bersamamu,
melihat dedaunan berguguran disepanjang perjalanan,
melihat tawa kita bertebaran meski nanti winter akan menghapus jejaknya juga.
aku tidak peduli.
aku hanya ingin autumn.
warna-warninya membuat perasaanku lebih baik.

aku sangat ingin, be.
tapi aku tidak tahu kapan.
mungkin lain kali,
saat kau kembali menawarkan jemarimu untuk menggenggamku.
aku akan menunggu....

Rabu, 10 November 2010

Tomku (2)

Dear be,
kau masih ingat tidak dengan pas foto yang kucuri dari lembar biodatanya?
pas foto berukuran 3 x 4 itu belum memudar di dompetku,
aku masih menyimpannya dengan baik,
meski letaknya benar-benar tersembunyi dari ruang lainnya,
sedetikpun aku tidak pernah lupa tempatnya.
di sebelah kanan lipatan dompetku,
tersembunyi dibawah uang seribuan lama yang kupakai sebagai jimat,
berdekatan dengan pas fotoku masa SMP.
kau masih mengingatnya, be?
kau pasti tidak percaya, nomor telponnya bahkan masih menghias phonebook-ku.
suer,
aku sangat merindukannya.
maukah kau sambungkan telepatiku?
perdengarkan suaranya padaku, be.
I miss him so much...

Tomku


Dear be,
dia masih memakai style yang sama ketika aku mengaguminya,
hanya saja kameja bergaris horizontal itu lebih sedikit mendewasakannya,
selebihnya dia masih sama.
celana gomborong,
sepatu volcom,
satu anting magnet hitam disebelah kirinya,
jam tangan disebelah kanannya,
sebatang rokok terselip diantara jemarinya,
rambut cepak yang masih sama,
dan kerutan yang sama menghiasi ketika senyumnya menyapaku.
dia masih Tomku yang dulu, be.
dan siang ini, diam-diam aku mencuri sepotong tatapnya lewat gambar tersembunyi itu.
sampaikan salamku padanya, be.
katakan, "Aku merindukannya"

Rabu, 27 Oktober 2010

Back to December

Aku sangat senang ketika kau menghentikan waktu di depanku. Sejenak kita bercengkrama—bercerita tentang waktu, pekerjaan, cuaca dan tentang apa saja yang telah menjaga kita.

Terakhir kali aku melihatmu, kau memberikan mawar padaku. Namun aku malah meninggalkannya disana dan membiarkannya mati. Apa kau masih marah?

Setelah kepergianmu, setiap hari aku berusaha kembali ke bulan Desember. Ternyata kebebasan tidak berarti apa-apa. Aku malah kehilanganmu. Terkadang berharap bisa menyadari sebelumnya apa yang pernah aku miliki ketika kau bersamaku. Maka dari itu, aku kembali ke bulan Desember, berharap semua akan baik-baik saja.

Hari-hariku terasa sangat asing. Hanya facebook ini yang terus memutar ulang kenangan tentangmu. Hari ulang tahunmu berlalu dan aku tidak menelpon.

Aku selalu mengingat musim panas waktu itu. Semuanya indah sekali. Aku melihatmu tertawa di sampingku. Lalu menyadari bahwa aku mencintaimu meski musim berganti gugur. Kemudian musim dingin datang. Hari-hari terasa gelap. Rasa takut merayap dalam pikiranku. Kau memberikanku semua cinta dan yang kuberikan padamu adalah ucapan selamat tinggal.

Tapi kini, aku menelan kesombonganku. Berdiri di depanmu dan mengatakan maaf untuk malam itu

Aku rindu pada kulitmu, senyum manismu, kebaikanmu—semua hal tentangmu. Sungguh. Dan bagaimana kau memelukku di malam bulan September—saat pertama kali kau melihatku menangis.

Mungkin ini adalah harapan kosong. Mungkin juga mimpi. Tapi jika bisa mencintaimu sekali lagi, aku bersumpah ingin mencintaimu dengan sungguh-sungguh.

Aku ingin memutar waktu kembali dan mengubahnya. Tapi aku tak bisa. Kau sudah mengunci pintu hatimu rapat-rapat. Dan aku mengerti dengan itu semua.


--Terinspirasi dari Back to December-Taylor Swift--

Selasa, 26 Oktober 2010

Yang Tertinggal

Adakah cinta yang kau rasa seperti cintaku? Diam dalam ketidakberdayaan. Hanyut menyusuri ruang-ruang yang sepi penghuni. 

Aku selalu disini. mengenang tahun-tahun yang telah terlewat. Bukan aku tak mau beranjak. Bukan aku tak menginginkan melangkah. Namun kau tahu, langkahku tak sekuat yang kau kira. Aku terlalu rapuh untuk melesat jauh darimu.

Kau tahu, deretan huruf itu masih menghias kenangan tentang kita. Kita yang tidak pernah berbagi tawa bahkan kesedihan sekalipun. Kau tidak pernah terlupa, meski aku menginginkan hal itu terjadi. Seperti pagi yang selalu datang, seperti itupula wajahmu terlukis di awan.

Aku merindukanmu dalam tangis, dalam tawa, bahkan dalam sujudku. Tentangmu selalu menjadi bagian terindah dari ceritaku. Kau adalah kenangan yang terasa pahit untuk kutelan namun sangat manis ketika mengingat bagaimana kau terus menjadi tokoh utama dalam ceritaku. 

Sebab hanya namamu yang mengisi kekosongan dihatiku. Hanya bayang tentangmu yang selalu setia menemani hari-hari rapuhku. 

Karna hanya kamu yang bersedia tinggal dalam ruang sepiku.....

Senin, 25 Oktober 2010

please hug me tight

hatiku mati,
seperti digenggam ribuan kubik es,
tak ada yang terasa,
meski berjuta sentuhan membelainya.
tidak akan terasa,
kecuali olehMu tentunya

Senin, 04 Oktober 2010

Hide


...dan kau tahu di mana kusembunyikan tangis itu?
di bawah hujan, kemarin sore...

Jumat, 17 September 2010

Ketika aku mengingatmu

 
Bahagia mengisi paru-paruku kini.
Ketika langkah menapak di kotamu yang sesak.
Kota yang dulu pernah kutinggalkan demi sekeping kenangan nan terkoyak.
Hawanya masih sama,
masih beraroma rindu.
Rindu pada segaris senyum dari sudut bibir tipismu.
Entah kenapa,
rasa itu kembali merasukiku ketika melangkah di jalan berdebu yang dulu pernah kita lalui.
Sesak batin ini mengingatnya.
Sulit bibir membacanya dengan kata.
Namun setidaknya kau tahu,
hari ini kita akan menghirup udara yang sama.
Di sini,
di kotamu.
Itu saja sudah cukup kurasa....


Padang, 140910

Sabtu, 04 September 2010

Memory for Keeps

Rindu.
Tak sanggup kutepis kata itu dari bibirku ketika melihatmu siang itu. Dengan senyum yang masih sama, kau membawa kenangan itu kehadapanku. Kenangan yang kerap kubangunkan ketika lelap mulai menyapa. Tidak lain hanya itu. Sebab, aku sudah tertinggal jauh dari langkahmu. Tak sanggup kumengejar, kendati kau berlari ribuan kali lebih cepat dariku. Tidak apa, setidaknya aku masih bisa menatap punggungmu dari tempatku berdiri.

Rindu.
Lagi-lagi kata itu menyapa bibirku. Membuat jantungku berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Aneh rasanya mengucapkan itu lagi--untukmu. Harusnya perasaan itu sudah pupus sekian tahun yang lalu, ketika aku membutuskan menyimpannya rapat-rapat. Saat kau membuatku gugup ketika menanyakan namaku. Sungguh, itu hari terindah sekaligus terburuk sepajang hidupku. Kendati tak sanggup mengatakan perasaanku ketika waktu menyeret langkahku pergi. Tapi mengingat perjalanan terberat yang telah kita lalui bersama, menyimpannya adalah keputusan terbaik yang pernah kulakukan. 

Lalu, siapa sanggup menolak rasa yang tiba-tiba saja ingin meledak? Aku melihatmu berdiri di sana., masih dengan tawa dan senyum yang sama--dan aku membatu di hadapanmu.

Rindu. 
Ternyata kata itu hanya tertahan dibibirku saja. Sampai kapanpun, kau tidak akan pernah mendengarnya. Sebab, kata itu hanya akan kusimpan rapat-rapat di sini--dalam detak jantungku. Dan cerita adalah nafas yang akan membuatnya bertahan selamanya.

I'll keep you, always in my heart....


--For my Dear T--

Rabu, 25 Agustus 2010

Change the world

Losing you,
it's been the hardest thing to do.
So, i close my eyes and tell myself,
that somehow i'll survive.
Well you gave me heaven,
then you took it away

Lirik by Westlife

Selasa, 24 Agustus 2010

Purnama Berlalu

Here

Aku melihat purnama yang terang lewat kisi-kisi jendela kamarku yang sudah tertutup. Terang. Seperti sebuah mutiara tergantung di langit. Mengkilap.

Kebetulan. Hanya sebuah kebetulan saja, atau memang malam yang menarik kepalaku untuk menatap langitnya yang terang benderang.

Purnama hadir lagi di sana, dan aku disini memandang dari sudut yang tak terlihat terang. Entah sudah ratusan purnama berlalu. Namun aku mengabaikannya begitu saja. Tidak lagi hendak menikmati indah sinar yang ia pancarkan.

Tidak. Sebenarnya tidak. Aku tidak hendak mengabaikannya. Hanya saja, setiap kali aku memandangnya, aku akan selalu teringat dia yang entah memikirkan hal yang sama.

"Apa kabarmu di sana? Masihkah memandang bulan yang sama, seperti yang kunikmati saat ini?"

Selalu saja tak ada jawaban akan pertanyaan itu. Dia membisu. Hening tak berkata. Lalu akupun lelah menengadahkan kepala. Pegal hati ini memburu jawab.

Sekian tahun berlalu, pada akhirnya yang kutemukan hanya satu jawaban.

"Aku tak lagi memandang purnama"

Hanya itu. Setelahnya aku terpekur, "Purnama itu bukan milik kita lagi". Kemudian aku menutup pintu dan membiarkan ratusan purnama berlalu begitu saja.

Lalu hari ini dia datang, memaksaku melihat ke atas lagi--menatap hampa pada bias malam yang memudar. 

Aku lelah mengulang pertanyaan yang sama, lalu memburu jawaban bersamanya. 

"Apa kabarmu di sana? Masihkah kau ingat moment di bulan purnama?" Dan udara di depanku membatu. Hening tak bersuara.

"Mungkin dia sudah lupa" Begitu jawaban yang kudengar. Entah dari mana. Mungkin dari hatiku sendiri. 

Kemudian aku tersadar, dan menutup pintu pelan-pelan. Untuk yang kesekian kalinya bulan purnama kubiarkan berlalu.


Senin, 23 Agustus 2010

Show Me


Perlihatkan padaku ujung pelangi, bila kau tak pandai berkata-kata.

Minggu, 15 Agustus 2010

I Will



Night comes and I need someone to take me home
I'm a year's supply of words for no one else

But I'm tired now of offering

Words that you would never understand

Like a dark day, and a cold hand


Lirik by Hanson

Rabu, 28 Juli 2010

Season will be change



Sebuah nama tiba-tiba menguap dari hatiku. Luruh. Seperti dedaunan di musim gugur. Kepaknya berkelana bersama angin yang bertiup lembut. Lalu hinggap di tanah. Hanyut bersama derai hujan.

Aku disini berdiri. Menatap hampa pada musim yang berubah warna. Merah, biru, putih, kuning, hijau. Berpadu menjadi dedaunan yang lapuk. Setiap detik adalah napas kehidupan di depannya. Berharap untuk tidak menjadi sia-sia.

Aku tahu, pada akhirnya memang akan seperti ini. Tergugu menatap hampa pada waktu yang berlari di depanku. Sedangkan langkah masih terasa berat untuk melangkah. 

Suatu waktu kau pernah bilang, bahwa hidup akan terus berlanjut, meski tanpa kau disini. Aku ingat itu. Dan akan selalu ingat bahwa kalimat itu adalah jawaban dari semua penantian kemarin. Tidak ada yang berubah dari ucapanmu, bahkan setelah tahun-tahun berlalu. Aku, kamu--kita masih sama.

Detak jarum jam kembali berputar, beranjak dari perhentian terakhirnya. Dan aku, memang harus melanjutkan perjalanan ini, meski tertatih.

Aku percaya, suatu saat, akan menemukan musimku sendiri. Musim yang akan memayungiku dengan bunga-bunga dan kehangatan. Musim yang tidak mudah luruh dan berubah warna. Musim yang hanya akan ku kukunjungi seumur hidup namun akan bertahan disana selamanya. Itulah musimku. Musim keajaiban esok hari.

Angin dipenghujung musim masih berhembus lirih, membelai mukaku yang mulai menyendu. Daun-daun tak henti jatuh. Luruh ke bumi. Seperti nama yang menguap tiba-tiba.

Akhirnya aku beranjak dari tempatku berdiri. Melangkah, menyusul waktu yang telah lama lewat. Kau dan musimmu, biar kutinggalkan disana. Berharap kau akan baik-baik saja bersamanya. Semoga kau bahagia dan selamat tinggal....


****

Senin, 26 Juli 2010

When Autumn tells you a love story


apakah mereka menceritakan tentang kita?

Selasa, 20 Juli 2010

What about me?


Di langit sana, matahari sudah berada di pucuknya. Hangat membakar. Hawa musim panas sudah terasa. Mendung kini sudah menjadi hujan. Sia-sia musim dingin sudah kau bingkis rapi, bahkan paketnya pun telah kau selipkan di atas loteng dan menguncinya rapat-rapat. 

Semua berubah. 

Aku tidak mengerti, kenapa cepat sekali musim berganti. Terlalu cepat mengerjapkan mata memandang kilauan biru laut. Terlalu cepat menghirup aroma suncream di udara, berjemur di pasir putih, bersepeda. Terlalu pagi untuk membuka mata, sebenarnya.

Semua berubah.

Lalu bagaimana denganku?

Bahkan jas musim hujan itu pun masih berada di pangkuan ku.

End


"Aku ingin berlari, berguling-guling di bawah hujan. 
Tapi hawa musim panas telah meninggalkan ku terlalu jauh. 
Dan kini aku hanya bisa menggenggam setitik rinai di pelupuk mata, lalu membungkus luka dengannya..."

Jumat, 09 Juli 2010

Diam Tanpa Kata


ku biarkan bayangmu beranjak menjauh,
dan aku berdiri disini menatapmu--termanggu


Ps. Untuk mu yang disana. Selamat menempuh hidup baru. Semoga berbahagia...

Kamis, 08 Juli 2010

Kenangan Terakhir

Aku masih mendengar bunyi kereta itu melaju, lambat dan terbata-bata--seperti mengeja kata yang tak sanggup kita ucapkan. Bahkan gerbong terakhirnya sempat melirik ku iba. Di dalamnya kau berada, terpekur--membawa sebagian hati ku yang retak. 

Setelah kau pergi, pernah kah kau tanyakan bagaimana aku kembali pulang? Bagaimana caranya aku menerobos gerimis yang mengiringi moment itu?

Kau tak pernah tanyakan itu, kan? Bahkan kau pun tak tahu, bahwa dalam diam aku menangis. Menyimpan sesaknya salam perpisahan.

Kau tahu, setelah kereta itu melampaui pandanganku, seakan kenangan itu ikut terbawa bersamamu--dan yang tertinggal hanyalah kesepian. 

Dan kini aku merangkulnya. Bersamaan dengan turunnya gerimis di sore ini...

****

Rabu, 07 Juli 2010

Kau dan Hujan

Rinai kembali jatuh siang ini, berderai membasahi bumi. Aku disini sendiri, menatap hampa pada persinggahan yang tak berpenghuni. Tanah basah. Daun-daun bergoyang. Dan kau lihat, ayunan itu kesepian.

Ah, aku rindu malam-malam saat kita menari-nari di tengah hujan lebat. Membuat diri ingin kembali ketempat semuanya dimulai. Duduk di ayunan kayu di halaman belakang, hari dimana kita membuat kesepakatan bahwa kau dan aku akan selalu bersama.

Aku masih ingat malam ketika kau membuatku menangis. Matamu berkedip-kedip di bawah lampu jalan. Itu adalah malam disaat kau mengucapkan selamat tinggal. Di udara, lembap berkabut, kau meninggalkan aku berdiri di sana. Dan pergi dengan sepotong jiwa yang  kosong. Itu terakhir kalinya aku melihat mu. Lalu semuanya berlalu setelah itu. 

Sampai saat ini, aku kadang masih tak percaya dengan kenyataan itu. Aku bahkan tak percaya, aku masih saja merindukanmu. Padahal, tahun-tahun telah beranjak meninggalkan kisah itu.

Yah, mungkin aku terlalu banyak berharap, kau akan datang dengan tiba-tiba. Atau mungkin aku hanya tidak ingin melihat kenyataan bahwa kau mengambil sebagian jiwaku dan meninggalkannya begitu saja.

Dan bahkan setelah sekian lama, aku masih berharap aku bisa menemukanmu disana. Menari-nari ditengah hujan lebat. Duduk dibawah ayunan, membawaku ke tempat kita memulainya—lalu menautkan janji, bahwa akan selalu ada kau dan aku.

Nyatanya, aku masih melihat bayanganmu berdiri di sana di sudut jalan. Bergeming. Resah dengan tekanan. Aku melihatmu dan aku dapat menangkap satu terakhir sekilas mata indahmu.  Tapi kau tidak  mengatakan apa-apa. Kau hanya menundukkan kepala dan membiarkan aku menangis.

Kita mengawali semuanya dibawah hujan dan mengakhirinya juga disana. Kita memang tidak selalu memiliki akhir yang bahagia. Tapi aku bahagia ketika melihat hujan. Dan merasakan tubuh kita menari-nari dibawahnya. Kita memang terpisah oleh waktu dan tempat yang berbeda. Tapi paling tidak, hujan yang kau lihat di sana, masih sama seperti hujan yang ku nikmati saat ini.

I know, wherever you are, you'll miss me too


Ps. love you forever, Fajar

Selasa, 06 Juli 2010

Don't ask me, why


untuk kesekian kalinya aku merangkai kata untuk mu,
menceritakan bait-bait yang telah lama memudar,
aku tak tahu mengapa rasa ini menguap tiba-tiba,
aku yang terlalu letih melupakanmu,
atau hati yang terlalu lelah menunggu??

I'll let you go, but I will always remember you


"Kenapa kau melakukan ini?"

"Kau sungguh tak tahu alasannya?"

Aku mencoba menguatkan hati untuk menatapmu, dalam. Namun, kau malah menghindarinya. Dan kau tampak begitu sedih waktu itu.

Kau mengalihkan pandangan, enggan menjawab.  Aku yakin, sebenarnya kau tahu jawabannya. Sangat tahu.  Hanya saja kau mengingkarinya. Sebab jawaban-jawaban yang akan terucap nantinya adalah jawaban yang seharusnya tidak boleh kita miliki.  Dan seharusnya kita tahu bahwa pertengkaran ini takkan membawa kemanapun. Tidak akan merubah apapun.

"Pergilah. Pertanyaanmu itu membuat segalanya terasa lebih berat" 

Kau tampak lelah ketika mengatakan itu. Dan aku tahu mengapa. Bibir ku rasanya kelu untuk berucap. Aku juga lelah terus-terusan menghindari dan mengingkari keberadaanmu. Maka dari itu, ketika semua harus dan akan berakhir, aku hanya ingin mendengar kenyataan itu untuk terkahir kalinya. Aku tahu, aku tidak akan kuat. Sebesar apapun keinginan ku untuk memintamu tinggal, kau tidak akan tinggal--aku tahu itu. 

"Kau sungguh-sungguh akan pergi?"

Lagi, keheningan menyelimuti. Begitu hening seakan bunyi jarum yang terjatuh pun dapat terdengar di telinga. Dan rasa sakit mencengkram hati kita. Seolah ada tangan tak terlihat yang meremasnya erat-erat.

Ah, akhirnya aku mengatakan juga. Alasan yang membuatku sanggup menerobos malam yang pekat. Membuat pikiran ku kacau dengan mereka-reka hati mu. Dan kini, aku disini--mengatakannya.

Dan kau beranjak dari tempatmu berdiri, merasa tak sanggup lagi untuk menghadapiku. Kau meletakkan perkakas terakhirmu dan menutupnya erat, lalu berjalan meninggalkan ku begitu saja. Langkah yang begitu berat. Seolah ada magnet besar yang menarikmu dari dalam bumi.

Kau berjalan pelan, seperti ragu-ragu. Terperangkap pada dilema besar yang dihadapkan. Kau terus saja bergerak menjauh, meninggalkan ku sendirian. Sampai pada akhirnya kau berbalik, menatap mata ku ragu--berusaha mengatakan sesuatu yang ada dibenakmu. Kemudian kau memaksa merangkai kata.

"Dengar. Keputusan ini terasa sangat berat untukku. Kau tidak tahu bagaimana rasanya menjadi aku. Tapi satu hal yang ku tahu pasti bahwa kau akan baik-baik saja"

"Tidak ada yang akan berubah nanti. Karna semuanya memang tidak akan pernah berubah. Kau tahu pasti apa yang ku katakan. Jadi berhentilah menahan langkahku, karena semuanya hanya akan menjadi sia-sia. Aku memang sempat bahagia pernah mengenalmu, tapi harus kita akui, kebahagiaan itu tidak akan bertahan jika kita masih bersama. Jadi berhentilah menatapku seperti itu dan biarkan aku pergi"

Itu kata-kata terakhir yang kau ucapkan padaku sebelum akhirnya berbalik meninggalkan tempat itu. Kau tidak menoleh lagi setelah pergi. Kau benar-benar pergi, mengilang didalam gelap malam. Kau tak tahu bahwa ketika sosokmu menghilang dari pandangan, aku menangis tanpa suara di antara detak jarum jam yang sunyi.

Kau pergi tanpa sempat mendengar salam perpisahan dari ku. Bahwa selain kenangan, kita tidak punya apa-apa lagi. Hanya itu satu-satunya alasan yang mungkin akan mempertemukan kita, suatu saat. Kenangan, bahwa aku juga bahagia pernah mengenal mu. Kenangan yang akan kita simpan diam-diam. Kenangan yang menjadi kekuatan untuk bertahan. Tidak ada yang lain, selain kenangan.

Kau pergi didalam gelap, tanpa pernah tahu bahwa aku akan selalu mengenangmu.

Always remember you...

Senin, 05 Juli 2010

Biarkan Saja


biarkan ia pergi,
jika memang harus itu yang terjadi.
jangan sesali,
jangan tangisi,
biarkan saja berlalu.
percayalah pada esok hari,
waktu tidak akan membiarkanmu terluka terlalu lama.
letakkan genggamanmu pada hujan,
dan biarkan dinginnya membasuh lara yang kau simpan...

Senin, 21 Juni 2010

Mencintai Bintang Jatuh

Aku tahu, dia telah menetapi janjinya untuk menjadi sabahatku selamanya. Meski ku tahu, rasa berbeda telah ia simpan dalam diam. Aku mengerti kenapa ia memilih bungkam. Sebab yang ku rasakan  juga demikian. Rasa cinta yang terlalu besar untuknya, membuat ku takut. Takut jika kebahagian itu menjadi sirna.

Dia pernah bercerita tentang bintang jatuh. Mencintai seperti bintang jatuh. Indah dan terang. Dia takut membuat bintang itu redup dengan harapan. Maka dari itu dia membiarkannya terang, lalu jatuh dan lebur...

Sekarang aku mengerti dengan itu semua. Suatu saat, satu bintang akan jatuh dan lebur. Tapi bintang-bintang lain akan menggantikan posisinya dan kembali bersinar. Langit tak akan pernah benar-benar menjadi gelap. Dan bintang-bintang tidak akan pernah menjadi redup.

Sekarang aku mengerti bahwa tidak ada yang  benar-benar ingin pergi. Tidak ada yang benar-benar ingin tinggal. Yang ada hanya pergantian. Semua berganti. Semua berubah. Seperti musim. Seperti dunia yang terus berputar. Seperti cinta ku dan cintanya. Semuanya hanya berganti. Layaknya bintang-bintang di angkasa. Indah dan terang...

Rabu, 16 Juni 2010

I Remember You

Aku akan selalu ingat sore itu. Sore yang tak akan pernah ku temui lagi selamanya. Sore yang berakhir terlalu cepat. Aku berdiri disana. Menatap langit yang berwarna abu-abu gelap. Merasakan bahwa segala sesuatunya telah berubah.

Tak seorang pun yang pernah menemukan sebelumnya. Sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Perasaan terdalam.

Tak seorang pun yang pernah menyentuhnya. Sampai ia datang dan menyadarkan ku. Dia menyelamatkan hidupku. Mengajariku segalanya. Tentang kehidupan, harapan dan perjalanan panjang. Aku akan selalu merindukannya. Cinta kami seperti angin. Aku tidak bisa melihatnya, tapi aku bisa merasakannya. Itu berlangsung selamanya, meski berakhir begitu cepat.

Aku akan ingat sore itu. Sore di bulan September. Aku melihatnya menangis, entah mengapa aku merasa sakit. Sesuatu yang tak biasa terjadi. Aku ingin memeluknya dan menerbangkan rasa sakit yang dia miliki. Aku tak tahu. Aku hanya ingin melakukan sesuatu untuknya. Membuat segalanya lebih mudah. Aku menatap mata biru itu dan memeluknya erat.

Aku akan selalu ingat sore itu. Sore yang berlangsung selamanya meski berakhir begitu cepat. Aku berdiri di sana. Menatap langit yang mulai menghitam dan merasakan segala sesuatunya telah berubah.

I remember you...
and i miss you...


****

Love is like the wind. You cannot see it but you can always feel it-
Find out who you are and do it on purpose-
It all comes down to who's by your side-
She didn't belong. She was misunderstood. And she would change him forever-
Take a risk. Dare to move. Love is a leap of faith-
Maybe God has a bigger plan for me than I had for myself. Like this journey never ends. Like you were sent to me because I'm sick. To help me through all this. You're my angel-
Jamie has faith in me. She makes me want to be different, better-
I'm scared of not being with you-
Love is always patient and kind. It is never jealous. Love is never boastful or conceited. It is never rude or selfish. It does not take offense and is not resentful-
Jamie saved my life. She taught me everything. About life, hope and the long journey ahead. I'll always miss her. But our love is like the wind. I can't see it, but I can feel it-
It lasted forever, and ended so soon-

****


Sesuatu untuk diingat (A walk to remember)

Jumat, 11 Juni 2010

Love is...


aku tak tahu apa itu cinta,
yang ku tahu,
ketika melihat mu menangis,
hati ku juga ikut menangis.
tak cukupkah itu saja??

Tak Perlu



tak perlu menghujamkan belati ke dada ku,
tak perlu menjeratkan tali ke leher ku,
bahkan kau tak perlu meminumkan racun ke mulut ku,
tak perlu berbuat apa-apa untuk membunuh ku.
kau tahu
tanpa kau sadari diam mu itu telah membunuh ku,
perlahan-lahan...

Selasa, 08 Juni 2010

Rindu


Sepi.
Senyap.
Hening.
Di luar sana langit masih bercengkrama dengan gerimis.
Aku sendiri.
Menengadahkan kepala menatap langit senja yang menghitam.
Angin dan rinai berebut saling mendahului.
Riang, ringan dan resah.
Lalu, bayangan masa lalu melintas di sana.
Penuh canda, tawa diselingi duka.
Aku terngungu.
Sesak dada ini seketika.
Tersadar, rindu itu melintas tiba-tiba...

Senin, 07 Juni 2010

I Wish


Tidak ada luka yang ku bawa
Tidak ada sesal
Bahkan kesedihan pun tak turut serta
Aku pergi
Sebab letih terlalu lama menanti

"Jangan menangis"
Selalu itu yang keteriakkan pada hati
Suatu saat
Entah kapan dan dimana
Aku pasti akan menemukan mu

Maka dari itu "Jangan menangis"
Sebab air mata tak diciptakan untuk sia-sia...

Itulah Aku

Itulah aku dalam cerita ku.
Lelah,
Berontak,
Menunggu,
Kesepian,
Itulah dunia ku.

Tidak tahukah kau,
Selalu aku yang menjadi tokoh utamanya...

Jumat, 04 Juni 2010

Percakapan Hati


Kau tahu, diluar sana masih terdengar desir angin diselai rintik hujan.
Menderu lambat dan basah.
Aku ingat ketika kau ceritakan tentang peri musim itu.
Kita selalu menyukai hal yang sama.
Menyukai percakapan yang kita lantunkan.
Tidak ada emosi, tidak ada instruksi.
Hanya percakapan yang mengalir begitu saja.
Kita menyukainya bahkan menikmatinya.
Tidak peduli meski itu tentang sesuatu yang mustahil kita dapatkan.
Bagi kita, itu adalah percakapan terindah.
Percakapan yang tidak bisa digantikan, meski bersitatap muka.
Tidak akan sama.
Sebab ketika jauh, kita melakukannya dengan hati.
Karna itu adalah milik kita
Percakapan hati..

Padam


Aku pernah menjaga terang itu untuk mu.
Tak letih ku tepis angin yang lalu lalang di dekatnya.
Tak ku hiraukan rasa sakit ketika terang itu menyengat ku.
Ku jaga sinarnya dari redup yang kian memburam.
Itu ku lakukan untuk mu.
Untuk apa?
Pernah suatu hari tanya itu terlontar dari bibir mereka.
Tapi aku membungkam.
Memilih menutup mata dengan semua ragu.
Lalu ku tanya padamu sampai kapan?
Tapi kau diam.
Kau abaikan letih ini.
Bahkan memilih berlalu.
Kau menghilang begitu saja, lalu kembali begitu saja.
Aku bertahan. tapi sampai kapan?
Pelan-pelan ku bertanya pada hati yang lelah ini,
Lalu ia menggungam.
Dan aku tak perlu meminta jawaban mu lagi, sebab kau tak akan pernah tahu jawabannya.
Akhirnya ku padam kan terang itu dari hati ku, dan berlalu.
Maaf, ruangan ini sudah tak berpenghuni...

I Just Want Missed You

"Kuharap kita tak pernah bertemu lagi."

"Ku harap begitu"

Percakapan singkat itu cukup untuk mengakhiri semuanya. Mengakhiri kisah yang pernah terjadi di antara kita. Meski ada pertarungan hebat yang terjadi dengan batin masing-masing. Seharusnya kalimat ini sudah kita ucapkan sejak awal. Seharusnya kita mengakhiri cerita ini. Sebab, apapun yang terjadi, ini hanya akan menjadi sia-sia. Kisah kita tanpa masa depan. Kita terlahir dengan dua sisi yang berbeda. Dan itu tidak akan pernah menjadi sama.

Aku melihat mu berbalik. Menatap punggung mu, yang terlihat kelelahan. Aku menangis terisak, namun tak bisa berbuat apa-apa.

Jangan pergi. 

Betapa ingin ku ucapkan kata itu pada mu. Aku ingin kau tinggal lebih lama lagi, disini-bersama ku. Namun lidah terlalu kelu untuk berucap. Jika aku boleh berharap, aku ingin dapat menghentikan waktu. Aku tak ingin melihat matahari. Matahari baru, berarti hari yang baru. Hari yang baru, berarti akhir dari segalanya. Aku tak butuh hari esok. Sebab jika esok datang, artinya kau tidak akan ada lagi bersama mu.

Kenapa akhirnya harus seperti ini? Kenapa nasib tidak membiarkan mu tinggal lebih lama? Dan kenapa harus kau orangnya?

Aku menghirup udara yang terasa pekat dan menyesakkan ketika kau meninggalkan ku. Seolah udara itu menyusut, terbawa bersama mu. Aku tahu, di waktu-waktu ke depan tidak akan ada diri mu lagi di sini. Aku tidak akan melihat mu di sini, bercengkrama dengan sinisme yang kau tunjukkan. Aku benci itu, tapi tanpa sadar menikmatinya. 

Kau tahu, hati ku kini telah ku berikan pada seseorang dan kini orang itu akan membawanya pergi. Kau. Kau lah orangnya. Aku tak tahu kenapa harus kau? Tapi aku memang sangat menginginkannya. 

Kita saling mengenal dengan cara dan akhir yang tak terduga. Mungkin kau benar, seharusnya aku juga bersyukur, bisa bertemu dengan seseorang seperti mu. Dan jatuh cinta. Dan merasakan patah hati. Dan tegar menghadapinya. Sesuatu yang mengingatkan bahwa kini kita telah beranjak dewasa. Akhirnya aku tahu rasa tersiksa, ketika patah hati dan menikmatinya. Jadi, akhirnya memang harus begini. Tidak ada sesal.

Maka dari itu kita disini. Menikmati saat-saat terakhir bersama. Hanya kita berdua. Lalu membiarkannya tertinggal di masa lalu. Dunia kecil kita, dimana tak ada orang yang tahu. 

I just want missed you...


Minggu, 23 Mei 2010

be with u


Tak ingin lagi kesepian
Tak ingin lagi tercengkram ketakutan
Hanya ingin berbincang dengan mu
Bersama secangkir teh yang masing mengepul
Bersama sensasi percikan hujan dari balik kaca
Hanya bersama mu menikmati petang nan jingga


Jumat, 21 Mei 2010

Aku dan Kenangan


Jika kenangan tak membagi dukanya kepada ku,
barangkali aku tak akan pernah menemui esok hari,
dimana semua kesedihan tersapu bersih oleh hembusan sang bayu pagi,
akan tak akan melihat mata-mata penuh sinar,
menatap bangga pada sejumput senyum yang ku tawarkan sebagai pembuka hari

Jika saja kenangan ku biarkan terkubur mati,
bersama luka yang sesaat bisa mengering,
barangkali saat ini, aku tak akan berdiri dengan kaki ku sendiri

Jika kenangan masih setia bersama ku,
erat,
kan ku ceritakan pada dunia tentang beribu-ribu kisah yang dikubur waktu...

****

Kamis, 13 Mei 2010

Bukan Salah Ku, Maaf...


Tak banyak yang bisa ku sampaikan pada mu
hanya kata maaf
maaf jika kesempatan itu sudah habis

bukan salah ku
bertahun-tahun lalu aku sudah memberikannya
tapi kau melewatkannya

bukan salah ku
bertahun-tahun lalu aku berusaha bertahan
tapi kau mengecewakan ku

bukan salah ku
bertahun-tahun lalu aku menghabiskan tangis ini untuk mu
tapi kau menertawakan ku

dan jangan salahkan aku
jika pada akhirnya aku menutup kembali semua pintu
tidak akan ku buka lagi untuk mu

tangis ku sudah habis untuk mu
rasa ku telah mati untuk mu
hati ku telah tertutup untuk mu

MAAF...
BUKAN SALAH KU...

****

Habis Sudah


Aku mencoba menyesap aroma mu di dalam cangkir rindu ku
hmm...tak berasa
tidak itu manis
pahit
maupun getir
hanya tawar yang terasa
sedikit tertegun hati ku dibuatnya
nyaris melayang nyawa ku seketika
tapi
hahaha...aku tertawa 
lega
setidaknya itu memberi jawab semua tanya
rasa itu telah kau habiskan segera
tanpa bersisa
tidak
bahkan setelah aku memohon sedikit aromanya...


***

Senin, 03 Mei 2010

Dia Memilih

...Dia termenung di sudut kamar itu. Sendirian. Sepi. Pikirannya jaun terbang melayang. Dilema. Bagaimana rasanya bisa sesakit ini. Ia harus melewati waktu-waktu terberat sendirian, sekarang dia juga harus memilih untuk mengubur rasanya rapat-rapat. Demi sahabat dan juga gadis masa kecilnya. Entah berapa banyak luka yang ia pendam, tak terhitung mungkin. Tapi ia bertahan, toh sebentar lagi luka itu juga akan terkubur bersamanya.

Dia masih termenung di sudut kamar itu, memandang rinai yang mulai membasahi daun pintunya. Rintiknya semakin lebat, hingga mulai mengguyur sakit di hatinya. Perih terasa meremas jantung. Ah, mengapa sesakit ini rasanya, Tuhan....

Dia pun membayangkan seraut wajah manis di depannya bersamaan dengan kematiaan yang sudah di depan mata. Ah, mengapa seberat ini meninggalkannya....

.......

Sabtu, 01 Mei 2010

Hampa

Aku termenung di tempat ini. Tempat yang menjadi kenangan kita berdua. Huff...aku menghempaskan nafas begitu saja, tanpa jeda, tanpa kata. Yang ku pikirkan, kenapa masih berarak mendung di sini? Padahal banyak pelangi di ujung sana.

Aku menatap langit yang menjadi kelabu tiba-tiba. Awan-awan berlari dari gulungan hitam yang menyelimutinya. Aku menjadi gusar sendiri, kendati bara di hati belum jua menjadi padam. Padahal hawa terasa semakin menggigit.

Ah, ku rasa aku sudah mulai mati rasa. Rinai perlahan pun mulai turun dari penampungannya. Dan aku, masih belum beranjak dari tempat pertama ku berdiri. Awalnya terasa nikmat, sejuk dan dahaga lenyap seketika. Namun, ketika rinai itu berubah menjadi hujan, yang ku rasa aku kedinginan. Tapi tetap tak beranjak.

Entahlah apa yang ku pikirkan kini. Aku masih tak bergeming dari pucat yang memutih di kulit ku.  Tangan ku mengkerut. Semua terasa kasat. 

Ugh, bara itu belum juga memburam, yang ada hanya kesenyapan. Tidak itu percikan maupun kepulan. Hanya hampa...kosong...lengang...

Dan aku masih setia di sini....

****

Kamis, 08 April 2010

Hati Ku Menua



Rasa ini berterbangan di udara
angin membawanya ke berbagai tempat untuk beradu
namun nyatanya
tak satupun rasa ini singgah ke pelabuhan mu
apakah persinggahan itu sudah kau kunci rapat?
hingga tak mampu untuk ku menembusnya masuk
atau tak sudikah kau memberi tempat untuk rasa ku
meski sedikit celah?
ah...angan ku terlalu jauh berkalana ke tempat mu yang tak terjangkau mimpi
rasanya sangat tidak adil bagi hati yang ringkih ini.
sudahlah...
sudah petang menuju lelap
tak perlu berteriak terlalu lantang
toh, bintang juga tak akan mendengar
lagi, hati ku berceceran seketika

---

Penjara Jiwa


Terderai ia tiba-tiba
antara basah dan juga lembab
tak terkira dinginnya meraba
nelangsa
sepi seakan memenjarakan jiwa
haus belaian
dahaga rindu
lapar tawa
akankah kesudahannya akan terlelap begini
sampai ringkih dan terjungkal mati??

----

Kamis, 01 April 2010

Still Here



Di sini masih bersarang hujan
tercurah dengan rintik, rinai dan lebat membasah
hawa akan menjadi dingin dan menggigit
tapi tak lagi sepi
di sini ada kau dan aku
kita dan mereka
persinggahan ini akan selalu berpenghuni
sebab bersama mu akan terasa lebih hangat
meski tanpa tungku perapian sekalipun
cukup ada kita di sini, itu sudah terasa berpenghuni
maka dari itu kau jangan lelah ada di sini, dekat ku....

----

Jumat, 19 Maret 2010

Circle

Suatu waktu aku bertanya pada sahabat ku, tentang persinggahan yang lama ku rindukan? Aku lelah dengan kebekuan yang ku rasakan.

Lalu sabahat ku menjawabnya dengan puisi : 
Ketika aku menulis nama mu pada sebuah pohon,
aku akan memberinya tanda dengan sebuah lingkaran
bukan hati
jika kau bertanya kenapa
aku akan segera menjawab, karena hati itu bisa terbelah dan patah
namun lingkaran tidak
ia akan terus berputar mengelilingi mu sampai kapan pun

Teman ku mungkin tak menjawab apa-apa dengan puisi itu, tapi aku bisa mengerti makna puisinya. Bahwa lingkaran itu bernama Persabahatan. Ia tak akan lelah bersama mu sampai kapan pun...

---

For my friend Rossiana

Kamis, 18 Maret 2010

Dimana Persinggahan Itu


Di mana kan ku temui persinggahan?
Sedangkan dinginnya hujan
masih setia menggenggam rasa yang telah mati...

---

Rabu, 17 Maret 2010

Dilema


Terkadang kita buta
tak pandai memilih arah yang mana untuk melangkah

Terkadang kita bimbang
sulit memutuskan tempat untuk bertanya

Tapi terkadang kita selalu lupa akan tanda
bahwa pada dasarnya, persimpangan mana pun yang akan dilalui
pasti mempunyai nama
 
kita memilh untuk tersesat
dari pada menyadari kenyataan yang ada...

---

Untuk teman yang sedang bimbang

Sweet Trip


Mungkin terlalu cepat untuk ku memberi label atas rasa yang menyusup tiba-tiba.
Tapi sungguh, perjalanan sore itu menggelitik hati ku untuk sedikit berujar kata "manis".