.....akhir Mei 2015
Aku tiba-tiba terjaga ketika merasakan pesawat yang kutumpangi melindas awan padat di bawah sana. Aku mengusap kepalaku yang terantuk lalu melirik pada jam tangan sembari berpikir, sudah berapa lama aku tertidur.
Pukul sebelas lewat empat menit kala itu. Artinya aku sudah tertidur selama 1 jam sejak pantatku mendarat mulus di bangku paling pojok. Rasa-rasanya aku juga melewatkan snack yang diberikan Pramugari. Masih ada waktu 15 menit lagi sebelum akhirnya kakiku benar-benar mendarat di Kota itu.
Aku mengarahkan pandanganku ke luar sembari menguyah roti yang dibekalkan Nona Pramugari. Tidak ada apa-apa di luar sana. Hanya bayangan putih seperti asap. Aku baru tersadar, kami sedang berada di dalam awan dan melindas bongkahan es. Entahlah, tiba-tiba aku memikirkan Kumulonimbus. Aku melirik penumpang di sampingku. Lagi-lagi aku baru tersadar, ia sedang merapalkan doa-doa sejak tadi.
Tanganku bergerak cepat menghidupkan kamera yang tergantung di leherku lalu menghidupkan tombol ON kemudian merekam kejadian di luar sana. Entah awan apa yang sedang kami masuki ini, tapi sepertinya memang tidak enak berada di dalam sana. Agak sedikit terlambat sih, tapi aku sempat mengabadikan momen itu sampai akhirnya aku melihat sebuah garis di lurus di bawah sana lama kelamaan menjadi jelas dan rumah penduduk menjadi semakin kelihatan.
Aku tersenyum sekilas, mungkinkah itu Pantai Selatan? Dadaku bergemuruh tiba-tiba. Ada sengatan yang memacu adrenalinku untuk segera turun dan berlari ke luar sana.
Pesawat akhirnya mendarat dengan mulus tepat pukul 11:20 di Bandara Adi Sucipto. Aku menyabarkan hatiku untuk tak terburu-buru meski rasanya ingin meledak melihat orang-orang di depan sana bergerak lambat. Sudahlah, aku di sini akhirnya. Ucapan selamat datang menyapaku dengan ramah. Aku berkali-kali mengabadikannya dengan tak henti mengembangkan senyum. Ransel di punggungku seolah ringan meski kini langkahku mulai dipercepat. Tidak sabar ke luar dan merasakan ramahnya Kota Gudeg.
Di depan pintu, aku agak sedikit kecewa. Tidak ada ucapan selamat datang di sana dengan kertas besar-besar. Padahal aku sudah mewanti-wantinya untuk menyambutku di sana. Namun melihat senyuman dan lengannya yang mengembang, aku tak memperdulikan lagi dengan tulisan itu. Segera aku memburunya dan menyeruak ke dalam pelukannya.
"Welcome to Jogja, De." bisiknya sembari tertawa.
Iya. Akhirnya aku di sini. Datang ke Kotamu.
Jogjakarta.
2 komentar:
wah jadi pengen juga main ke jogja..
wah udah lama nggak nulis ya mbak :D akhirnya nulis lagi dan cerita tentang Jogja hihi
cerita dong pengalaman di Jogja kayak gimana ;)
Posting Komentar