Senin, 12 Agustus 2013

Hello, Goodbye

Source


Sore itu, aku menemuimu duduk pada anak tangga di depan rumah. Kau tampak rapi dengan kaos birumu itu dan kaca mata berbingkai hitam itu membuat kau tampak semakin menarik. Aku merasa, selalu jatuh cinta setiap kali menemukanmu di beranda rumahku.

"Hai" sapamu gugup. Aku membalas dengan anggukan sembari mengambil tempat di sisimu.
"Lama menunggu?" tanyaku basa-basi. 
Kau menggeleng cepat. "Nggak."

Lalu hening. 

Beberapa menit lamanya kita hanya berkata-kata dalam hati. Mereka-reka isi kepala, merangkai kata atau hanya menikmati rinai-rinai halus yang turun dari langit. 

"Kamu kapan pulang?" tanyaku akhirnya.
"Sudah 2 minggu. Besok juga udah mau berangkat." jelasmu pelan. Jantungku berdegup cepat hingga nyaris mengaburkan jawaban yang susah payah kau rangkai.

"Ooh.." hanya kata itu yang mampu kulemparkan untuk menekan nyeri di dadaku. Aku dan kamu kembali dipaku gagu. Entah sejak kapan kegaguan ini melingkupi kita. Entah sudah berapa baris jeda yang kita ciptakan untuk merangkai kata. Kau mungkin bosan, tapi aku tidak. Saat duduk di sampingmu, meski hanya hening adalah saat-saat paling kusuka. Aku selalu menikmati waktu bersamamu--meski sejenak.

"Selamat tinggal."
"Eh?"
"Aku ke sini hanya untuk mengucapkan itu." katamu lirih.
"Kenapa?"
"Aku menemukan seseorang." jawabmu semakin lirih.
Aku terdiam. Ada sesak menyekap. Dadaku dipenuhi gelembung-gelembung tangis. Sangat sesak. 

Tiba-tiba kau berdiri. Aku menengadah, memandangi wajahmu yang semakin jauh dari padangan. Lalu kau pergi begitu saja. Memunggungiku. 

Aku tahu, setiap kali kau kembali, kau juga selalu pergi lagi. Aku sudah hafal gerak-gerikmu. Dulunya, aku selalu berpikir, kau akan tetap seperti ini. Kembali padaku. Akhir-akhir ini berbeda. Aku akhirnya sadar, kau kembali sampai kau tahu ada tempat yang lebih baik untuk kembali. 

Pintu pagar di depan rumah berderit ketika kau melangkah ke luar. Aku teringat, ada hal yang perlu ku sampaikan padamu. Sebelum kau pergi. Sebelum terlambat. Kau harus tahu.

"Aku juga menemukan seseorang. Dia sangat baik. Tapi aku memilih menutup mata dan bertahan denganmu....."

"Aku bukannya tidak bisa melupakanmu. Tapi belum."

Kau mematung di depan sana. Tak jauh dari tempatmu, aku menunduk menahan tangis. 

Sore itu hujan turun sangat deras. Menampar-nampar wajahmu yang berlari kencang dalam hujan meninggalkanku dengan tangis yang tak terbendung.

"Selamat tinggal." bisikku lirih.

Kali ini aku berfirasat, kau benar-benar tidak akan pernah kembali lagi.



2 komentar:

nouru el Arifah mengatakan...

entahlah... kau selalu bisa menyihirku dengan kata2mu :')

De mengatakan...

@Nouru: Wah, senangnya bisa menyihirmu hingga larut ke dalam cerita :p