Hempasan ombak semakin keras oleh tiupan angin laut. Deburannya menggetarkan jiwa-jiwa yang tengah kesepian. Rinai hujan semakin lebat. Namun aku masih tak ingin beranjak dari bebatuan di pantai ini. Sendiri, mengenang semua yang pernah terjadi antara kau dan aku. Di sini, di pantai ini.
***
"Apa kamu percaya kalo cinta itu nggak mesti memiliki?” tanya mu pada ku.
"Percaya" jawab ku yakin.
"Bagaimana jika seseorang yang yang kamu cintai dan mencintai mu memutuskan untuk berpisah" tanya mu lagi. Aku terdiam. Kali ini perasaan ku benar-benar mengatakan, bahwa sebentar lagi semua keindahan ini akan berubah.
"Maksud kamu apa? Kamu nggak perlu berandai-andai, jika ada yang ingin kamu katakan, jujurlah itu lebih baik"
"Maafin aku. Aku sudah membohongi mu"
"Maksudnya?"
"Sebelum jadian sama kamu, aku sudah punya pacar dan sampai sekarang pun ia masih bersama ku. Aku nggak bermaksud menduakan mu, aku sudah berusaha memilih salah satu dari kalian sebelumnya, tapi aku nggak ingin kehilangan kamu dan juga dia"
"Jadi apa yang dibilang orang-orang itu benar?"
"Yach..mereka sudah mengingatkan akan ini semua, tapi aku terlalu egois, tak mau mengambil resiko kehilangan. Tapi kali ini aku benar-benar harus memilih"
"Jadi siapa yang kamu pilih?” tanya ku pelan. Rasa sakit mulai menyesakkan dada ku. Kamu telah membohongi ku, dan aku malah menyalahkan mereka. Keterlaluan.
"Aku memutuskan memilihnya. Tapi sebelumnya kamu harus tahu satu hal, aku sungguh-sungguh mencintai mu. Aku tak pernah bohong dengan perasaan itu" kata mu menyakinkan ku. Aku kini terisak. Kenapa ini harus terjadi pada ku. Kenapa harus aku yang mengalah.
"Maafin aku. Dia sekarang sedang sekarat, aku nggak mungkin ninggalin dia dalam keadaan seperti ini" ujar mu menyesal.
"Mengertilah, mungkin ini adalah jalan terbaik untuk kita. Bukankah kamu percaya bahwa cinta tak harus memiliki?"
"Aku percaya. Aku tahu ini adalah yang terbaik. Aku rela, demi cinta seseorang akan melakukan apa saja termasuk mengorbankan cintanya" kata ku mantap. Tak ada gunanya memaksakan kebersamaan ini. Hanya akan ada luka, akan banyak cinta yang harus dikorban kan. Ku coba untuk tersenyum, menyakinkan mu menguatkan keputusan yang kau buat.
"Makasih" kata mu sambil memeluk ku erat. Kemudian mencium pipi ku. Ciuman pertama dan terakhir. Ciuman yang dibumbui air mata, dari ku dan juga kamu.
***
Matahari sudah semakin condong ke arah laut. Sinarnya kuningnya semakin memudar dan meninggalkan warna lembayung yang sangat indah. Sedikit lagi matahari akan tenggelam. Aku sering melihat sunset di tepi pantai, tapi belum pernah melihat sunset seindah hari ini. Sunset terakhir yang akan ku nikmati bersama mu.
Kita hanya diam memandangnya, sunset dan lautan yang sepi. Tak akan ada lagi tawa kita disini, hanya kenangan yang tertinggal seiring terbenamnya sang mentari di sore ini.
***
Pada akhirnya kita harus meninggalkan pantai kenangan ini, melangkah dengan mantap menuju persimpangan masing-masing.....