Aku termenung di tempat ini. Tempat yang menjadi kenangan kita berdua. Huff...aku menghempaskan nafas begitu saja, tanpa jeda, tanpa kata. Yang ku pikirkan, kenapa masih berarak mendung di sini? Padahal banyak pelangi di ujung sana.
Aku menatap langit yang menjadi kelabu tiba-tiba. Awan-awan berlari dari gulungan hitam yang menyelimutinya. Aku menjadi gusar sendiri, kendati bara di hati belum jua menjadi padam. Padahal hawa terasa semakin menggigit.
Ah, ku rasa aku sudah mulai mati rasa. Rinai perlahan pun mulai turun dari penampungannya. Dan aku, masih belum beranjak dari tempat pertama ku berdiri. Awalnya terasa nikmat, sejuk dan dahaga lenyap seketika. Namun, ketika rinai itu berubah menjadi hujan, yang ku rasa aku kedinginan. Tapi tetap tak beranjak.
Entahlah apa yang ku pikirkan kini. Aku masih tak bergeming dari pucat yang memutih di kulit ku. Tangan ku mengkerut. Semua terasa kasat.
Ugh, bara itu belum juga memburam, yang ada hanya kesenyapan. Tidak itu percikan maupun kepulan. Hanya hampa...kosong...lengang...
Dan aku masih setia di sini....
****