Rabu, 27 Oktober 2010

Back to December

Aku sangat senang ketika kau menghentikan waktu di depanku. Sejenak kita bercengkrama—bercerita tentang waktu, pekerjaan, cuaca dan tentang apa saja yang telah menjaga kita.

Terakhir kali aku melihatmu, kau memberikan mawar padaku. Namun aku malah meninggalkannya disana dan membiarkannya mati. Apa kau masih marah?

Setelah kepergianmu, setiap hari aku berusaha kembali ke bulan Desember. Ternyata kebebasan tidak berarti apa-apa. Aku malah kehilanganmu. Terkadang berharap bisa menyadari sebelumnya apa yang pernah aku miliki ketika kau bersamaku. Maka dari itu, aku kembali ke bulan Desember, berharap semua akan baik-baik saja.

Hari-hariku terasa sangat asing. Hanya facebook ini yang terus memutar ulang kenangan tentangmu. Hari ulang tahunmu berlalu dan aku tidak menelpon.

Aku selalu mengingat musim panas waktu itu. Semuanya indah sekali. Aku melihatmu tertawa di sampingku. Lalu menyadari bahwa aku mencintaimu meski musim berganti gugur. Kemudian musim dingin datang. Hari-hari terasa gelap. Rasa takut merayap dalam pikiranku. Kau memberikanku semua cinta dan yang kuberikan padamu adalah ucapan selamat tinggal.

Tapi kini, aku menelan kesombonganku. Berdiri di depanmu dan mengatakan maaf untuk malam itu

Aku rindu pada kulitmu, senyum manismu, kebaikanmu—semua hal tentangmu. Sungguh. Dan bagaimana kau memelukku di malam bulan September—saat pertama kali kau melihatku menangis.

Mungkin ini adalah harapan kosong. Mungkin juga mimpi. Tapi jika bisa mencintaimu sekali lagi, aku bersumpah ingin mencintaimu dengan sungguh-sungguh.

Aku ingin memutar waktu kembali dan mengubahnya. Tapi aku tak bisa. Kau sudah mengunci pintu hatimu rapat-rapat. Dan aku mengerti dengan itu semua.


--Terinspirasi dari Back to December-Taylor Swift--

Selasa, 26 Oktober 2010

Yang Tertinggal

Adakah cinta yang kau rasa seperti cintaku? Diam dalam ketidakberdayaan. Hanyut menyusuri ruang-ruang yang sepi penghuni. 

Aku selalu disini. mengenang tahun-tahun yang telah terlewat. Bukan aku tak mau beranjak. Bukan aku tak menginginkan melangkah. Namun kau tahu, langkahku tak sekuat yang kau kira. Aku terlalu rapuh untuk melesat jauh darimu.

Kau tahu, deretan huruf itu masih menghias kenangan tentang kita. Kita yang tidak pernah berbagi tawa bahkan kesedihan sekalipun. Kau tidak pernah terlupa, meski aku menginginkan hal itu terjadi. Seperti pagi yang selalu datang, seperti itupula wajahmu terlukis di awan.

Aku merindukanmu dalam tangis, dalam tawa, bahkan dalam sujudku. Tentangmu selalu menjadi bagian terindah dari ceritaku. Kau adalah kenangan yang terasa pahit untuk kutelan namun sangat manis ketika mengingat bagaimana kau terus menjadi tokoh utama dalam ceritaku. 

Sebab hanya namamu yang mengisi kekosongan dihatiku. Hanya bayang tentangmu yang selalu setia menemani hari-hari rapuhku. 

Karna hanya kamu yang bersedia tinggal dalam ruang sepiku.....

Senin, 25 Oktober 2010

please hug me tight

hatiku mati,
seperti digenggam ribuan kubik es,
tak ada yang terasa,
meski berjuta sentuhan membelainya.
tidak akan terasa,
kecuali olehMu tentunya

Senin, 04 Oktober 2010

Hide


...dan kau tahu di mana kusembunyikan tangis itu?
di bawah hujan, kemarin sore...

Jumat, 17 September 2010

Ketika aku mengingatmu

 
Bahagia mengisi paru-paruku kini.
Ketika langkah menapak di kotamu yang sesak.
Kota yang dulu pernah kutinggalkan demi sekeping kenangan nan terkoyak.
Hawanya masih sama,
masih beraroma rindu.
Rindu pada segaris senyum dari sudut bibir tipismu.
Entah kenapa,
rasa itu kembali merasukiku ketika melangkah di jalan berdebu yang dulu pernah kita lalui.
Sesak batin ini mengingatnya.
Sulit bibir membacanya dengan kata.
Namun setidaknya kau tahu,
hari ini kita akan menghirup udara yang sama.
Di sini,
di kotamu.
Itu saja sudah cukup kurasa....


Padang, 140910

Sabtu, 04 September 2010

Memory for Keeps

Rindu.
Tak sanggup kutepis kata itu dari bibirku ketika melihatmu siang itu. Dengan senyum yang masih sama, kau membawa kenangan itu kehadapanku. Kenangan yang kerap kubangunkan ketika lelap mulai menyapa. Tidak lain hanya itu. Sebab, aku sudah tertinggal jauh dari langkahmu. Tak sanggup kumengejar, kendati kau berlari ribuan kali lebih cepat dariku. Tidak apa, setidaknya aku masih bisa menatap punggungmu dari tempatku berdiri.

Rindu.
Lagi-lagi kata itu menyapa bibirku. Membuat jantungku berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Aneh rasanya mengucapkan itu lagi--untukmu. Harusnya perasaan itu sudah pupus sekian tahun yang lalu, ketika aku membutuskan menyimpannya rapat-rapat. Saat kau membuatku gugup ketika menanyakan namaku. Sungguh, itu hari terindah sekaligus terburuk sepajang hidupku. Kendati tak sanggup mengatakan perasaanku ketika waktu menyeret langkahku pergi. Tapi mengingat perjalanan terberat yang telah kita lalui bersama, menyimpannya adalah keputusan terbaik yang pernah kulakukan. 

Lalu, siapa sanggup menolak rasa yang tiba-tiba saja ingin meledak? Aku melihatmu berdiri di sana., masih dengan tawa dan senyum yang sama--dan aku membatu di hadapanmu.

Rindu. 
Ternyata kata itu hanya tertahan dibibirku saja. Sampai kapanpun, kau tidak akan pernah mendengarnya. Sebab, kata itu hanya akan kusimpan rapat-rapat di sini--dalam detak jantungku. Dan cerita adalah nafas yang akan membuatnya bertahan selamanya.

I'll keep you, always in my heart....


--For my Dear T--

Rabu, 25 Agustus 2010

Change the world

Losing you,
it's been the hardest thing to do.
So, i close my eyes and tell myself,
that somehow i'll survive.
Well you gave me heaven,
then you took it away

Lirik by Westlife

Selasa, 24 Agustus 2010

Purnama Berlalu

Here

Aku melihat purnama yang terang lewat kisi-kisi jendela kamarku yang sudah tertutup. Terang. Seperti sebuah mutiara tergantung di langit. Mengkilap.

Kebetulan. Hanya sebuah kebetulan saja, atau memang malam yang menarik kepalaku untuk menatap langitnya yang terang benderang.

Purnama hadir lagi di sana, dan aku disini memandang dari sudut yang tak terlihat terang. Entah sudah ratusan purnama berlalu. Namun aku mengabaikannya begitu saja. Tidak lagi hendak menikmati indah sinar yang ia pancarkan.

Tidak. Sebenarnya tidak. Aku tidak hendak mengabaikannya. Hanya saja, setiap kali aku memandangnya, aku akan selalu teringat dia yang entah memikirkan hal yang sama.

"Apa kabarmu di sana? Masihkah memandang bulan yang sama, seperti yang kunikmati saat ini?"

Selalu saja tak ada jawaban akan pertanyaan itu. Dia membisu. Hening tak berkata. Lalu akupun lelah menengadahkan kepala. Pegal hati ini memburu jawab.

Sekian tahun berlalu, pada akhirnya yang kutemukan hanya satu jawaban.

"Aku tak lagi memandang purnama"

Hanya itu. Setelahnya aku terpekur, "Purnama itu bukan milik kita lagi". Kemudian aku menutup pintu dan membiarkan ratusan purnama berlalu begitu saja.

Lalu hari ini dia datang, memaksaku melihat ke atas lagi--menatap hampa pada bias malam yang memudar. 

Aku lelah mengulang pertanyaan yang sama, lalu memburu jawaban bersamanya. 

"Apa kabarmu di sana? Masihkah kau ingat moment di bulan purnama?" Dan udara di depanku membatu. Hening tak bersuara.

"Mungkin dia sudah lupa" Begitu jawaban yang kudengar. Entah dari mana. Mungkin dari hatiku sendiri. 

Kemudian aku tersadar, dan menutup pintu pelan-pelan. Untuk yang kesekian kalinya bulan purnama kubiarkan berlalu.


Senin, 23 Agustus 2010

Show Me


Perlihatkan padaku ujung pelangi, bila kau tak pandai berkata-kata.

Minggu, 15 Agustus 2010

I Will



Night comes and I need someone to take me home
I'm a year's supply of words for no one else

But I'm tired now of offering

Words that you would never understand

Like a dark day, and a cold hand


Lirik by Hanson